Ilustrasi cuffing season (pexels.com/Alexy Almond)
Menurut psikoterapis serta pakar seks dan hubungan, Lucy Beresford, cuffing season terjadi karena hari-hari musim dingin di belahan bumi utara lebih pendek dan lebih dingin yang mengakibatkan individu kurang aktif secara fisik sehingga lebih rentan gelisah. Hal ini dapat membuat individu sangat aktif mencari pasangan romantis.
"Kita juga tahu bahwa suasana hati dan depresi bisa bersifat musiman, jadi mungkin tingkat depresi yang lebih tinggi dan orang-orang yang merasa kesepian memicu kerinduan untuk menjalin hubungan," ungkapnya, dikutip Cosmopolitan.
Sementara itu, menurut Jaime Broinsten, terapis hubungan berlisensi, cuffing season adalah fenomena nyata yang didorong lebih dari sekadar cuaca dingin dan semangat liburan.
"Fenomena ini juga berakar pada faktor biologis, yaitu banyak orang mengalami seasonal affective disorder (SAD) selama musim dingin, sejenis depresi yang biasanya muncul di musim gugur dan musim dingin," ujarnya, dikutip People.
Ketika sinar matahari hilang selama musim-musim tertentu, orang-orang sering "mencari kebahagiaan dan stimulasi" melalui cara lain, seperti romansa dan koneksi. Interaksi ini dapat menghasilkan endorfin yang biasanya diperoleh dari paparan vitamin D.