Maaf jika setiap kata yang penuh makna sensitif baik yang tersurat maupun tersirat, kurang berkenan bagi siapa saja yang membaca tulisan ini. Bukan maksud untuk merendahkan atau memprovokasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Jauh dalam lubuk hati yang paling dalam, tujuanku mengatakan semua itu, semata-mata untuk mengingatkan kepada pemuja asmara bahwa dalam kenyataannya cinta tak selamanya indah. Ada kalanya cinta hadir dengan wujud yang lebih menakutkan dibanding kematian.
Dikhianati atau mengkhianati, disakiti atau menyakiti, dan terluka atau melukai, semua itu pernah terjadi dalam riwayat hidupku kelam. Kisah cinta di masa lalu yang tak mungkin bisa kembali lagi kurasakan, menggoreskan tinta penyesalan yang ditulis oleh pena kesalahan dan tertera dalam catatan kehidupan.
Di masa lalu, aku pernah menjalin tali asmara bersama dengan seorang gadis yang ku anggap permata dunia. Sudah tiga tahun kami mengukir relief canda-tawa, serta suka-duka dengan kasih dan sayang sebagai tokohnya. Aku percaya dia, dan dia pun percaya kepadaku. Kami saling percaya atas nama kesetiaan. Namun, malam gelap itu datang membongkar semua tipu daya yang kekasihku sembunyikan.
Pesan dalam ponselku mengabarkan rahasia sebuah kepalsuan. Lara jiwa dan getir raga ini menjadi saksi tragedi pengkhianatan yang tak pernah terbayangkan. Terkutuklah kau janji setia! Sakit sekali ternyata. Biarlah air mata mengalir menyingkirkan duka.
Aku mencari pelarian. Singgah pada beberapa hati wanita. Masa bodoh dengan kesetiaan. Ia hanya mitos yang tak pernah ada dalam sejarah kehidupan. Lubang luka masih terbuka. Hanya kesenangan belaka yang bisa menutupinya, anggapku. Kian hari berlalu penuh kehampaan.
Satu persatu pisau cinta palsuku melukai banyak perasaan wanita. Mereka mengutukku! Cukup! Hentikan! Aku sudah muak dengan kesalahan ini. Kukira pelarian cinta akan membawaku dalam kebahagiaan. Ternyata dusta. Tak sedikitpun itu kurasakan.
Sebagai hikmah yang kurenungi di penghujung muhasabah malam, takkan pernah kuulangi semua itu. Sekali lagi jika aku harus memilih mana yang lebih baik? Pilihanku adalah untuk tidak pernah terlahirkan di dunia ini. Ketiadaan tak memiliki hak untuk memilih. Sampai saat ini, belum pernah kuraba halusnya kasih, hangatnya sayang, dan eloknya cinta. Mungkin semua itu hanya mitos belaka.