Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.
Semoga ini yang terakhir. Surat cinta yang kutulis untukmu, yang tak pernah sampai betul-betul. Seperti hatimu yang tak pernah sungguh-sungguh.
Andai aku lebih berani mengutarakan rasa, apa kau akan menerima? Kau hidup dengan istimewa, sementara aku hanya anai-anai di pikiranku sendiri. Matahari tak sepanas kemarin, tapi hatiku tetap kering. Menunggu mati sambil berharap yang baik akan hadir serupa wajahmu, dan matamu yang teduh. Namun kau pergi, meninggalkan sakit yang mengiris nadi. Kabut di mataku semakin tebal, dan kehangatanmu hilang terbawa senyum perempuan lain. Aku sadar diri, tapi kau manis sekali hingga kuterbuai ekspektasi.
Ingin kutuliskan ini sejak dulu padamu. Perasaanku. Harapanku. Namun takutku lebih besar dibanding hutan mangrove. Kau tak akan paham, sebab kau lelaki. Mungkin cinta memang tak ingin mampir pada perempuan yang senang menyendiri. Dalam jarak yang sunyi ini, berkali-kali kuberpikir, bahwa kau tahu perasaanku sejak dulu, bahwa kau tahu aku menyukaimu sejak awal kuperkenalkan diriku padamu.
Tapi kau, bocah ingusan yang terjebak dalam tubuh pria dewasa — bergaya seolah tak ada apa-apa. Begitukah? Aku tak akan menuduhmu jahat, walau sesuatu di dalam diriku terus bergejolak, berteriak, kau sangat jahat! Tapi kau yang membuatku kuat. Terimakasih untukmu.