Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mantan
ilustrasi mantan (pexels.com/RDNE Stock project)

Intinya sih...

  • Mantan jadi tolok ukur karena pengalaman nyata bersama mantan membentuk gambaran realistis tentang kehidupan berpasangan.

  • Hal-hal buruk dari hubungan sebelumnya membuat seseorang lebih selektif agar kesalahan yang sama tidak terulang.

  • Perubahan diri dan gaya hidup setelah putus membuat mantan otomatis jadi pembanding untuk menilai kecocokan pasangan baru.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mantan sering kali masih punya tempat dalam cerita hidup meski hubungan sudah lama berakhir. Bukan untuk dirindukan, apalagi diulang, tetapi karena pengalaman bersama mantan meninggalkan jejak yang sulit dihapus begitu saja. Banyak orang menyadari bahwa saat mulai dekat dengan orang baru, nama mantan kerap muncul dalam pikiran sebagai pembanding.

Tanpa disadari, mantan ikut membentuk cara seseorang menilai pasangan berikutnya. Hal ini bukan soal gagal melangkah maju, melainkan cara alami manusia membaca pengalaman hidup sendiri. Berikut beberapa alasan kenapa mantan sering dijadikan tolok ukur dalam memilih pasangan selanjutnya.

1. Pengalaman bersama mantan memberi gambaran tentang kehidupan berpasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Mental Health America (MHA))

Hubungan dengan mantan biasanya memperlihatkan sisi paling realistis dari kehidupan bersama seseorang. Ini bukan hanya soal momen manis, melainkan juga kebiasaan kecil yang terasa sepele yang bikin nyaman. Cara menyelesaikan masalah, menghargai waktu, hingga sikap saat berbeda pendapat menjadi pengalaman langsung yang sulit dilupakan.

Saat bertemu pasangan baru, hal-hal tersebut sering muncul sebagai pembanding alami. Tujuannya bukan untuk mencari orang yang sama, melainkan untuk melihat apakah kehidupan sehari-hari ke depan terasa lebih layak dijalani. Mantan, dalam hal ini, menjadi referensi pengalaman hidup yang konkret.

2. Hal yang tidak ingin terulang membentuk cara memilih pasangan selanjutnya

ilustrasi memilih pasangan (pexels.com/Trinity Kubassek)

Tidak semua yang ditinggalkan mantan bersifat manis. Ada juga hal-hal yang membuat hubungan berakhir dan tidak ingin dialami kembali. Dari situ, seseorang menjadi lebih peka terhadap tanda-tanda yang dulu sempat diabaikan.

Ketika mengenal orang baru, kewaspadaan muncul bukan karena takut berlebihan, tetapi karena pernah belajar dari pengalaman. Mantan berperan sebagai pengingat bahwa tidak semua hal layak ditoleransi. Pilihan pasangan berikutnya pun lebih selektif, bukan impulsif.

3. Perubahan gaya hidup membuat standar ikut bergeser

ilustrasi gaya hidup (pexels.com/Alexandra Maria)

Putus dari mantan sering diikuti perubahan dalam cara hidup. Prioritas berganti, cara memandang hubungan menjadi berbeda, dan kebutuhan personal semakin jelas. Versi diri yang sekarang tidak lagi sama dengan saat menjalin hubungan sebelumnya.

Karena itu, mantan kerap dijadikan pembanding untuk melihat sejauh mana seseorang sudah berkembang. Pasangan baru dinilai bukan berdasarkan siapa yang lebih unggul, melainkan siapa yang lebih sejalan dengan kondisi hidup saat ini. Mantan menandai fase lama yang sudah dilewati.

4. Cerita orang sekitar ikut membentuk perbandingan

ilustrasi cerita orang sekitar (pexels.com/Alena Darmel)

Lingkungan sekitar sering kali tanpa sadar ikut menyeret nama mantan ke dalam hubungan baru. Komentar sederhana dari teman atau keluarga bisa memicu perbandingan yang sebelumnya tidak terpikirkan. Hal ini membuat mantan seolah menjadi standar tidak tertulis.

Lambat laun, seseorang ikut melihat pasangannya melalui kacamata cerita orang lain. Perbandingan ini tidak selalu adil, tetapi nyata terjadi. Mantan pun hadir bukan hanya sebagai pengalaman pribadi, melainkan juga sebagai narasi yang hidup di sekitar.

5. Mantan memberi gambaran yang lebih membumi tentang hubungan

ilustrasi pasangan (pexels.com/RDNE Stock project)

Berbeda dengan gambaran ideal yang sering ditemui di media sosial, mantan menunjukkan bagaimana hubungan dijalani dalam keseharian. Dari sana, seseorang belajar bahwa hubungan bukan soal kesan awal, melainkan sikap yang konsisten dari waktu ke waktu.

Ketika memilih pasangan selanjutnya, pembanding ini membantu menjaga ekspektasi tetap masuk akal. Fokus bergeser dari mencari sosok sempurna ke mencari sosok yang realistis untuk dijalani bersama. Mantan menjadi alat ukur yang lebih jujur tentang hubungan nyata.

Menjadikan mantan sebagai tolok ukur bukanlah kesalahan, selama tidak terjebak dalam perbandingan tanpa akhir. Pengalaman masa lalu bisa menjadi bekal untuk memilih dengan lebih sadar. Lalu, apakah pengalaman itu dipakai untuk melangkah lebih bijak atau justru membuat sulit membuka cerita baru?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎