Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan menikah
ilustrasi pasangan menikah (vecteezy.com/Vasil Docinets)

Intinya sih...

  • Mengambil keputusan tanpa diskusi dengan pasangan

  • Ekspektasi tinggi terhadap peran pasangan tanpa dibicarakan

  • Menghindari percakapan sulit karena takut membuat suasana buruk

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Keseharian setelah pernikahan justru menentukan arah hubungan bukan hanya selesai setelah akad. Banyak pasangan baru sadar bahwa penyesuaian karakter, kebiasaan, dan ekspektasi bisa memengaruhi rasa nyaman di rumah. Situasi ini wajar, tetapi beberapa pilihan kecil kadang memicu masalah yang tumbuh perlahan tanpa terasa. Kondisi seperti ini membuat banyak pasangan bingung kenapa hubungan terasa menjauh padahal tidak ada konflik besar.

Banyak pasangan juga tidak menyadari bahwa kebiasaan tertentu dapat merusak kedekatan meski awalnya tampak biasa saja. Dari sini, penting untuk mengenali apa yang sering luput diperhatikan dalam kehidupan setelah menikah. Berikut lima kesalahan yang bikin pernikahan hancur perlahan dan sering kali gak disadari oleh pasangan. Perhatikan, ya!

1. Mengambil keputusan tanpa diskusi dengan pasangan

ilustrasi pasangan sedang berdiskusi (vecteezy.com/Tonefoto grapher)

Banyak pasangan terbiasa mengambil keputusan kecil sendiri karena menganggapnya tidak penting untuk dibahas bersama. Lama-kelamaan, hubungan akan merenggang karena tidak adanya diskusi. Hubungan terasa makin jauh karena masing-masing hanya fokus pada alur hidupnya sendiri. Situasi ini sering membuat pasangan kehilangan gambaran tentang apa yang sedang dirasakan satu sama lain.

Keterasingan semacam ini biasanya muncul pelan, dimulai dari rutinitas yang dijalani tanpa banyak interaksi. Pelan-pelan, pasangan jadi kesulitan memahami kebutuhan satu sama lain karena tidak ada komunikasi yang konsisten. Cara sederhana seperti memberi kabar atau bertanya pendapat sebenarnya sudah cukup untuk menjaga kedekatan.

2. Ekspektasi tinggi terhadap peran pasangan tanpa dibicarakan

ilustrasi tugas di rumah (vecteezy.com/ronnarong thanuthattaphong)

Beberapa orang menganggap pasangan “seharusnya sudah tahu” apa yang dibutuhkan. Hal ini sering memicu rasa kecewa karena pesan tidak tersampaikan dengan jelas. Ekspektasi yang tidak pernah diutarakan akhirnya berubah menjadi asumsi, lalu berujung salah paham. Lama-lama, situasi seperti ini membuat rumah terasa tegang karena dua pihak berjalan dengan bayangan masing-masing.

Keadaan makin rumit ketika seseorang diam tetapi berharap pasangan membaca situasi. Komunikasi yang jelas justru mempermudah dua orang mencari titik tengah tanpa menekan salah satu pihak. Penjelasan sederhana tentang kebutuhan sehari-hari bisa mencegah rasa kesal yang tidak perlu. Dengan begitu, pasangan punya ruang untuk memahami tanpa merasa disalahkan terus-menerus.

3. Menghindari percakapan sulit karena takut membuat suasana buruk

ilustrasi pasangan sedang berdiskusi (vecteezy.com/Benis Arapovic)

Beberapa pasangan memilih diam saat ada hal yang mengganjal karena takut suasana berubah tidak nyaman. Diam terus-menerus membuat masalah kecil menumpuk sehingga muncul rasa tidak dihargai. Lama-kelamaan, pasangan merasa tidak aman untuk menyampaikan hal yang penting. Kondisi semacam ini membuat komunikasi hanya terjadi pada hal ringan yang tidak menyelesaikan apa pun.

Membicarakan hal sulit sebenarnya bisa dilakukan dengan cara yang tidak menyudutkan. Percakapan bertahap membantu dua orang saling memahami tanpa terburu-buru. Ketika diskusi tetap ada, masalah tidak berkembang menjadi sesuatu yang lebih berat. Sikap terbuka juga membantu hubungan tetap sehat karena kedua pihak merasa suaranya diterima.

4. Menganggap waktu berdua bisa menyesuaikan sendiri

ilustrasi waktu berdua (vecteezy.com/Benis Arapovic)

Setelah menikah, banyak orang merasa waktu bersama pasti terjadi dengan sendirinya. Kenyataannya, kesibukan sering membuat pasangan jarang benar-benar duduk dan berbincang. Hal ini membuat kedekatan memudar karena tidak ada momen khusus yang mempertemukan dua orang. Hubungan akhirnya terasa seperti dua individu yang tinggal serumah tanpa interaksi berarti.

Waktu bersama tidak selalu harus panjang atau mewah. Aktivitas sederhana seperti makan malam tanpa distraksi sudah cukup untuk menjaga kedekatan. Konsistensi momen kecil seperti ini membantu hubungan tetap terhubung di tengah kesibukan. Banyak pasangan baru merasakan manfaatnya ketika mulai meluangkan waktu secara sadar.

5. Membiarkan rasa kesal bertumpuk karena tidak mengelola emosi dengan jelas

ilustrasi kesal (vecteezy.com/Natallia Krechka)

Banyak orang memilih menahan kesal karena tidak ingin terlihat rewel. Sayangnya, emosi yang disimpan terus-menerus akhirnya keluar dalam bentuk sindiran atau sikap dingin. Pasangan sulit membaca maksud sebenarnya dan mengira ada masalah lain. Perlahan, hubungan dipenuhi kebingungan karena tidak ada penjelasan jelas yang bisa dipahami.

Mengungkapkan perasaan sederhana jauh lebih efektif daripada menyimpan semuanya hingga meledak. Penjelasan jujur membantu dua pihak mencari solusi tanpa saling menebak. Dengan begitu, suasana rumah tidak dipenuhi ketegangan yang tidak perlu. Hubungan jadi lebih harmonis karena perasaan salah satu pihak tidak lagi disembunyikan.

Pernikahan tidak rusak dalam semalam, tetapi melemah ketika kebiasaan kecil dibiarkan tanpa perhatian. Situasi ini bisa diperbaiki ketika dua orang mulai sadar apa saja yang menggerus kedekatan. Dari lima kesalahan yang bikin pernikahan hancur perlahan, mana yang paling ingin kamu benahi terlebih dahulu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team