Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi perpisahan dengan orang tersayang (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Ilustrasi perpisahan dengan orang tersayang (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Merasa bahagia telah menemukan hingga memiliki orang tersayang yang tulus menyayangimu ialah anugerah terindah, ya. Apalagi, jika dia memperlakukan kamu dengan begitu spesial dan istimewanya.

Semua kebaikannya tak jarang bikin kamu jadi terlena bahwa suatu hari nanti dia bisa pergi meninggalkanmu. Baik secara sengaja maupun umurnya yang tidak panjang, dia yang tersayang tetap berpeluang pergi, lho. Maka dari itu, alagkah lebih baiknya saat ini kamu memiliki pemikiran tersebut dengan berbagai manfaatnya berikut ini.

1. Tidak menggantungkan hidup sepenuhnya ke orang tersayang

ilustrasi pasangan (pexels.com/RDNE Stock project)

Punya orang tersayang memang bikin makin sayang saat kehadirannya punya banyak maanfaat di kehidupan. Mulai dari membawa aura keceriaan, berbahagia bersama, hingga meringankan beban dari masalah hidup.

Akan tetapi, kamu dengan pemikiran orang tersayang berpeluang pergi itu tidak akan menggantungkan diri sepenuhnya ke dia. Kamu sadar bahwa kebiasaan itu akan jadi candu yang menyulitkanmu nantinya saat kemungkinan terburuk akan kehilangannya itu benar terjadi.

Bahkan, meski saat ini ia masih ada, menggantungkan kebahagiaanmu pada dirinya saja sebaiknya jangan. Kamu akan kecewa ketika ternyata perlakuan dia tidak sesuai dengan ekspektasimu.

Padahal masih ada orangnya, masih bisa diperbaiki dan dikomunikasikan. Lantas, bagaimana jika orangnya pergi meninggalkanmu? Jelas rasa kecewanya akan jauh berkali-kali lipat. Jadi, memililiki pemikiran ia berpeluang pergi ialah wujud antisipasi terbaik untuk tidak hidup bergantung padanya.

2. Menyiapkan diri sebagai sosok yang bisa diandalkan

ilustrasi berbahagia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menyadari bahwa orang tersayangmu bisa kapan saja pergi meninggalkanmu. Maka, kamu juga harus sadar untuk bisa mengandalkan dirimu sendiri sedari sekarang. Belajar bisa melakukan ini dan itu sendiri, pasti terasa berat saat punya orang yang bisa diandalkan. Tapi, jika dibiasakan secara perlahan tapi pasti akan bisa sendiri, kok.

Hal ini supaya nanti saat kemungkinan terburuk dia pergi, kamu tidak kaget karena tak bisa apa-apa tanpa dia. Terlebih lagi, mengasah kemampuan itu sebagai wujud aktualiasasi diri, lho. Yang mana senyatanya tak perlu nunggu punya pemikiran akan potensi ditinggal orang tersayang yang bisa bisa diandalkan.

3. Meminimalisasi dari rasa kecewa hingga terpuruk yang berkepanjangan

Ilustrasi perpisahan dengan orang tersayang (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Life must go on, terasa klise saat ini, tapi bikin menyesal kalau gak dipersiapkan dari sekarang. Ya, saat orang tersayangmu pergi, dunia akan terus berputar, tidak menunggu kamu siap dulu.

Saat itu terhadi, kamu harus terus melanjutkan hidup dengan baik. Setidaknya, untuk dan atas dirimu sendiri. Terus terlena tanpa menyadari suatu hari orang tersayangmu bisa pergi hanya akan membuatmu luka mendalam saat kehilangannya.

Sebaliknya, memiliki pemikiran matang bahwa dia yang tersayang berpeluang pergi akan membuat mentalmu jauh lebih siap. Rasa pedih akan kehilangan itu jelas tetap ada, tapi tidak terus larut berkepanjangan dalam rasa dukacita.

4. Memaksimalkan momen bersama orang tersayang

ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Memiliki pemikiran bahwa orang tersayang berpeluang pergi bukan hanya sekadar persiapan untuk bisa hidup baik-baik saja usai kepergiannya. Melainkan juga lebih kepada menghargai setiap momen yang ada.

Habiskan setiap waktu kebersamaan kalian dengan hal yang bermakna, bukan justru memperdebatkan hal sepela hingga bertengkar besar. Jadikan peluang takdir perpisahan sebagai pengingat untuk saling mengasihi.

Pada akhirnya, mau perpisahan yang disengaja, maupun berpisah karena umur yang tidak panjang, semuanya tetap memberi luka. Jadikan pemikiran akan adanya kemungkinan terburuk ini sebagai evaluasi untuk kehidupan bersama-sama yang lebih bijak lagi, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team