Mencintaimu Bukanlah Sebuah Kesalahan, Hanya Saja Waktu yang Tak Berpihak Padaku

Seorang laki-laki dengan paras tampan dibalut dengan kulit putih bersih duduk di hadapanku. Helai-helai kumis tipismu sedikit terangkat kala bibir merahmu menyemburatkan lengkungan manis. Sepasang bola matamu memancarkan binar yang membuat perempuan manapun beku seketika. Hidungmu yang mancung terpampang indah di wajahmu. Jemarimu yang panjang membuat siapapun ingin menyentuhnya. Gelak tawamu yang menawan meluluhlantahkan jantung perempuan manapun yang melihatnya.
Ya, kamulah sosok yang kucintai sejak aku masih berseragam putih biru. Jantung ini telah berdebar untukmu sejak sekian lama bahkan sekarang pun masih sama. Mencintaimu adalah hal terindah dalam hidupku. Aku merasa menjadi perempuan yang paling beruntung di dunia. Sehingga seringkali aku bertanya, dapatkah aku memiliki laki-laki sesempurna dirimu?
Kamu masih duduk di hadapanku. Sesekali aku mencuri-curi pandang untuk melihatmu. Dan tak sengaja sepasang bola matamu bertemu dengan mataku. Aku seketika menunduk. Aku takut kamu akan mengetahuinya. Aku takut kamu akan mendengar jantungku yang tak berhenti berdebar. Keringat dingin telah menyelimuti tanganku. Mana candaan yang biasanya dengan bebas kulontarkan?
Pun demikian, berada di dekatmu membuatku nyaman. Aku tak ingin tersadar meskipun ini hanyalah sebuah mimpi. Ingin rasanya aku merengkuh jemarimu dan memegang tanganmu. Namun aku tak punya keberanian untuk melakukannya. Karena aku tak tahu apakah kamu merasakan apa yang aku rasakan. Aku hanya bisa mengekor di belakangmu. Menjadi bayang-bayangmu yang setia.