Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Vera Arsic)

Berada di hubungan toksik tentu bukanlah kehendak siapa pun. Kendati demikian, tak sedikit orang sulit melepaskan diri dari hubungan yang tak sehat meski sudah membawa dampak buruk bagi kehidupannya. Bahkan, sebagian dari mereka tak menyadari bahwa hubungan yang dijalani sangat beracun.

Tak peduli berapa banyak nasihat yang dilayangkan, mereka memilih bertahan dan mengabaikan red flags dalam hubungan. Beberapa alasan berikut ini dapat menjelaskan mengapa beberapa orang enggan atau sulit mengakhiri hubungan toksik.

1. Beberapa orang menganggap bahwa cinta harus dibuktikan dengan kesetiaan, walau itu artinya mereka harus mengorbankan diri sendiri

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Alex Green)

2. Alasan lainnya, tak sedikit orang percaya bahwa pasangan akan berubah suatu saat nanti, sehingga mereka memilih bertahan

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Timur Weber)

3. Ketakutan akan kehilangan sosok yang disayangi juga membuat sebagian orang enggan mengakhiri hubungan walau sangat toksik

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Mart Production)

4. Selain itu, rasa takut akan kesendirian dan menjalani kehidupan tanpa pasangan membelenggu seseorang dalam hubungan tak sehat

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/SHVETS Production)

5. Mereka kerap memaklumi semua perilaku buruk yang dilakukan pasangan dengan dalih menganggapnya sebagai bentuk kasih sayang

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/RODNAE Production)

6. Selain itu, mereka merasa lelah jika harus berkenalan dengan orang baru dan memulai siklus hubungan dari awal jika putus dengan kekasih

ilustrasi orang melakukan kencan pertama (pexels.com/cottonbro)

7. Karenanya, mereka percaya bahwa rasa kasih sayang saja sudah cukup untuk mempertahankan suatu hubungan

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Keira Burton)

8. Terlebih, mereka yakin bahwa dirinya tak mungkin memiliki perasaan yang sama terhadap orang lain

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Ketut Subiyanto)

9. Fantasi atau harapan akan suatu hubungan juga membuat seseorang bertahan walau kian hari kian menyakitkan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Luis Zambrano)

Mengakhiri hubungan toksik tampak mudah bagi banyak orang, tetapi tidak untuk sebagian orang. Meski berbagai red flags tampak di depan mata, beberapa dari mereka memilih mengabaikannya atau bahkan tak menyadarinya sama sekali. Dalam jangka panjang, ini bukan tak mungkin membawa pengaruh buruk bagi kehidupannya.

Maka dari itu, alih-alih menghakimi seseorang yang kesulitan terlepas dari hubungan toksik, sebaiknya berikan dukungan moral padanya. Kamu juga bisa menyarankan konsultasi dengan tenaga profesional, seperti psikolog, agar ia mendapat penanganan yang tepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team