Ditinggal pergi oleh orang terdekat yang kita sayangi, misalnya keluarga maupun sahabat, tentu meninggalkan luka yang tak mudah disembuhkan. Kepergian juga sejatinya memiliki batasan waktu; baik yang sementara maupun selamanya. Apa pun itu, sejatinya kepergian adalah sebuah keniscayaan.
Mau tidak mau, kita akan dipaksa keadaan untuk menerima diri sendiri dengan kondisi. Kita dipaksa meneruskan hidup meskipun dunia seolah berhenti saat orang terdekat meninggalkan kita.
Pada dasarnya, kunci dari penerimaan itu yakni belajar menghadirkan rasa ikhlas. Maka, ingat baik-baik beberapa nasihat berikut, dengan memahaminya kita mampu belajar memaknai kepergian dari perspektif yang berbeda sehingga hati terasa lebih tenang dan lapang.