Tiba – tiba ayahku berkata “Apa yang kau cari dari seorang pria? Cukup mapan saja mungkin cukup.” Saat itu juga aku mulai menurunkan egoku untuk mau dikenalkan oleh seorang pria. Lalu munculah sebuah perkenalan yang mengubah total hidupku. Aku bisa berkata itu seperti Taaruf, tetapi mungkin tidak dengan orang lain yang mengartikannya. Aku dikenalkan dengan seorang pria yang menurutku sangat sempurna di mataku.
Kenapa aku berkata sempurna? Karena kau tetap mau mengenali keluargaku di balik masalah keluargaku saat itu. Begitu juga dengan keluargamu. Mereka pun berharap banyak denganku melalui perkenalan ini. Aku merasa seperti mendapatkan sebuah harta karun.
Pada awalnya aku masih menutup diri karna aku takut untuk terluka kesekian kali. Tetapi Kau berusaha keras untuk benar-benar membuka hatiku dengan kata ikatan pernikahan. Hatiku pun luluh dan membuka dengan sendirinya. Kita tidak pacaran, tetapi tujuan kita sama yaitu menikah. Mungkin inilah hadiah istimewa dari berbagai luka yang aku dapatkan sebelumnya.
Tetapi itu semua berubah setelah kita kembali bertemu lagi setelah proses LDR. Apa yang kutunggu dari kejelasan hubungan lewat mulutmu tak kunjung nyata. Pertemuan kesekian kali aku mulai merasa aneh karena tiba-tiba kau memperlakukanku seperti seseorang yang tidak pernah kau kenali dan berlagak seperti lupa ingatan akan niat kita sebelumnya.
Rasa sakit itu mulai muncul dan orang tuaku melihat itu. Namun aku masih diam dan menyembunyikannya. Kaupun menghilang dan tidak mengabari juga meskipun kau sudah kembali pulang ke beda pulau lagi. Bukankah ini jahat?
Masa penantian menunggu kabarmu aku pun menangis dalam gelap, sakit! Iya sakit! Aku tidak menyangka apa yang kubayangan setelah kau kembali menjadi seperti ini. Tidak jelas! Namun aku masih menahan diri untuk sebuah maaf dan alasan jelas yang kau berikan nanti. Tetapi ternyata tidak, Kau muncul dengan chat tanpa SALAH! Tidak minta maaf atau memberikan alasan lain untuk membuatku mengerti. Di benakku aku hanya bisa berpikir kau tidak pantas untuk aku tangisi seperti ini dan kenapa aku masih disini berharap banyak padamuh?
Akupun menangis di depan orang tuaku. Meminta maaf karena membuat hubungan yang mereka harap banyak menjadi seperti ini. Aku semakin menjadi ketika melihat kedua mata orang tuaku yang tidak tega melihatku menangis seperti itu. Aku depresi, aku benar-benar hancur, dan tidak tahu salah apa lagi yang kulakukan. Apakah kau menyadari membuat seseorang terluka sampai seperti ini?