Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pernikahan (pexels.com/Emma Bauso)
Ilustrasi pernikahan (pexels.com/Emma Bauso)

Ada banyak topik penting yang perlu didiskusikan sebelum menikah, tetapi sering terabaikan. Meskipun rencana dan tujuan pernikahan kita bisa berubah seiring waktu, namun melakukan checklist terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti di bawah ini bisa menyelamatkanmu dari konflik besar dengan pasangan di masa depan. Setidaknya, kamu jadi lebih aware dengan gambaran di masa depan dan mempersiapkan diri untuk menyelesaikannya bersama-sama secara efektif.

1. Apa alasanmu ingin menikah?

Ilustrasi pernikahan (pexels.com/Drew Rae)

Emily Jamea, PhD, seorang terapis seks dan hubungan yang berbasis di Texas, mengatakan jika rasa cinta dan ketertarikan seharusnya bukan satu-satunya alasan kenapa seseorang memutuskan untuk menikah. Coba renungkan bagaimana ikatan pernikahan akan berpengaruh pada hubungan kalian, dan kehidupanmu sebagai individu?

2. Bagaimana kamu menghadapi perubahan dan hal-hal yang tidak terduga?

Ilustrasi pernikahan (pexels.com/Daria Obymaha)

Sesuatu yang banyak orang tidak sadari saat menikah adalah bagaimana caranya adjusting dengan rencana hidup mereka. Ketika terjadi sesuatu yang mengganggu timeline rencana tersebut, hal itu bisa menimbulkan konflik dalam hubungan. Misalnya pasangan yang awalnya menunda punya anak, mengalami kehamilan yang tak terduga.

3. Menurutmu seberapa baik kita saat ini menangani perbedaan pendapat satu sama lain? Apa contohnya?

Ilustrasi perdebatan (pexels.com/Vera Arsic)

Ini adalah salah satu hal yang perlu kita sadari dari diri sendiri maupun pasangan. Apakah salah satu dari kalian cenderung keras kepala sehingga tampaknya tidak pernah bisa berkompromi dengan pandangan pasangan?

Atau, justru karena takut akan perselisihan, kamu tidak pernah jujur terhadap apa saja yang membuatmu kesal dan melarikan diri dari konflik saat kalian bertengkar? Ini adalah pola tidak sehat yang harus diselesaikan sebelum pernikahan, kalau tidak ingin masalah komunikasi menjadi bahan bakar pertengkaran di kemudian hari.

4. Seberapa besar kamu menghargai waktu kita bersama, versus waktu individu kita?

Ilustrasi pasangan (pexels..com/Leah Kelley)

Apakah salah satu dari kamu berharap untuk melakukan semua hal bersama-sama sebagai satu kesatuan, sementara yang lain membutuhkan banyak waktu untuk sendirian dengan kegiatan pribadi? 

5. Apakah pernikahan orang tuamu menjadi inspirasimu untuk menikah?

Ilustrasi pernikahan (pexels.com/sergio souza)

Jika begitu, kenapa? Dan jika tidak, kenapa demikian? Setelah itu, bicarakan seperti apa gambaran hubungan yang sukses bagi kalian masing-masing.

6. Apakah kamu ingin memiliki anak setelah menikah?

Ilustrasi keluarga (pexels.com/Gustavo Fring)

Jawabanmu mungkin bisa berubah seiring berjalannya waktu, tetapi tetap penting untuk mendiskusikan pandangan ini sekarang. Apakah masing-masing dari kalian memiliki jawaban sama? Apa yang harus dilakukan jika di kemudian hari terjadi masalah infertilitas? Bagaimana jika terjadi keguguran? Dan bagaimana pandanganmu soal mengadopsi anak?

7. Bagaimana kamu memandang anak-anak masuk ke dalam hidup kita?

Ilustrasi pernikahan (pexels.com/Sandro Crepulja)

Penting memiliki visualisasi bagaimana gambaran perubahan kehidupan kalian setelah memiliki anak. Banyak di antara pasangan yang merasa hubungan mereka "terampas" setelah memiliki anak. Satu orang terlalu fokus pada urusan anak, sedangkan satu lainnya mendambakan masa-masa sebagai pasangan saja. Ada juga yang masih ingin mempertahankan kebiasaannya ketika lajang atau belum mempunyai anak, misalnya nongkrong bersama teman setiap weekend, touring motor atau camping setiap bulan bersama komunitas. Hal ini perlu dibicarakan bersama tentang jalan tengahnya.

8. Bagaimana kamu akan menanganinya jika kita menjauh atau bahkan terpisah secara emosional?

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Tan Danh)

Kelelahan karena pekerjaan, anak-anak, dan kehidupan secara umum akan mengalihkan perhatian kita dari menjadi sebuah pasangan. Tak jarang juga keduanya menjadi berjarak secara emosional. Ketika hal itu terjadi, bagaimana cara kalian masing-masing untuk merawat kembali koneksi tersebut?

9. Apakah kamu ingin menabung sejak awal, atau berhemat untuk hal-hal seperti liburan?

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Pixabay )

Perbedaan pandangan mungkin terjadi, satu orang ingin menabung untuk kebutuhan rumah tangga dan juga kebutuhan dasar seperti rumah atau kendaraan. Tapi mungkin satu orang lagi membayangkan akan sering berlibur dan makan enak di luar berdua sebagai pasangan suami istri.

10. Apakah kamu ingin memisahkan rekening bank, atau berbagi semua aset bersama-sama?

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Tan Danh)

Kesepakatan keuangan setiap pasangan menikah adalah unik dan menyesuaikan hubungan mereka. Tapi salah satu strategi yang banyak dilakukan orang adalah memiliki rekening bank bersama untuk pengeluaran rumah tangga, dan kemudian menententukan jumlah yang akan dimasukkan ke dalam rekening bank pribadi.

11. Bagaimana seharusnya pekerjaan rumah tangga dibagi?

Ilustrasi membersihkan rumah (pexels.com/RDNE Stock project)

Mungkin terdengar remeh dan sepele ya, tapi percayalah, pembagian pekerjaan rumah tangga adalah salah satu pemicu konflik terbesar di dalam hubungan pernikahan. Kemandirian pasangan sebelum menikah tidak menjamin apakah konflik ini dapat dihindari nantinya. Sangat mungkin adanya gender stereotype dalam pembagian tugas rumah tangga yang pelan-pelan terjadi setelah kamu menikah.

Untuk itu, sangat penting mendiskusikan tentang porsi tugas domestik dan menguraikan secara detail siapa yang bertanggung jawab atas tugas seperti pembukuan, memasak, laundry, membersihkan rumah dan kamar mandi, dan lain sebagainya. . Apakah salah satu akan berhenti berkarir setelah menikah, berapa porsinya, siapa yang mengerjakan  Diskusikan juga bagaimana kalian akan menanganinya ketika salah satu dari kalian lalai menyelesaikan tugas yang diberikan.

12. Kapan kamu merasa paling dicintai olehku?

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Anastasiya Lobanovskaya)

Contohnya misalkan, "Saat kamu memasak untukku", atau "Saat kamu mendengarkan ceritaku tanpa interupsi".

13. Bagaimana caramu mengungkapkan cinta?

Ilustrasi pasangan (pexels.com/vjapratama )

Setiap orang cenderung mengungkapkan cinta dengan bahasa cintanya sendiri, yang mungkin bisa tidak ditangkap pasangan sebagai upaya kasih sayang. Mencoba love language test mungkin bisa membantu memahami ungkapan sayang satu sama lain.

14. Lengkapi kalimat ini: "Aku merasa paling nyaman berbagi perasaan dengan pasanganku ketika dia ____"

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Josh Willink)

Cobalah untuk mengingat saat kamu memulai obrolan yang sulit, dan apa yang membantu membuatnya lebih mudah untuk dibuka. Contoh: "Saat kita makan malam di luar rumah", "Saat kita bebas dari gangguan", atau "Saat kita sudah cukup tidur".

15. Kapan kamu merasa takut berbagi perasaan dengan aku?

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Edward Eyer)

Ini memberimu banyak gambaran tentang tingkat keamanan emosional dan kedekatan dalam hubungan, yang sangat penting untuk hubungan yang sehat.

16. Ketika kamu mengingat kembali masa kecilmu, kenangan apa yang paling bikin senang? Dan mana kenangan yang paling menyakitkan?

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Pixabay)

Terkadang upaya kita untuk menghindari rasa sakit atau kejadian tak mengenakkan menciptakan jarak dalam suatu hubungan. Misalnya, konflik atau kesalahpahaman dapat muncul jika satu orang berasal dari keluarga di mana ulang tahun merupakan sumber kegembiraan yang besar, sementara yang lain mengaitkan kesempatan tersebut dengan kenangan yang tidak menyenangkan.

17. Karier siapa yang akan didahulukan, jika diperlukan?

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kita tidak bisa memprediksi kemungkinan yang terjadi ke depannya terkait karir, sama seperti saat gelombang Covid-19 melanda beberapa tahun lalu dan memaksa banyak orang kehilangan pekerjaan. 

Tanyakan pertanyaan terkait karir, misalnya bagaimana kalau salah satu dari kalian mendapat pekerjaan yang mengharuskan LDR (Long Distance Relationship)? Bagaimana kalau salah satu dari kalian harus berhenti bekerja untuk mengasuh anak? Apakah kamu akan mendukung pasanganmu untuk mengejar mimpinya, walaupun dari segi pendapatan akan berkurang?

18. Seberapa batasan kedekatan pasangan dengan orang lain yang bisa ditoleransi, dan kapan aku bisa menganggapnya sudah melewati batas?

Ilustrasi wanita dan pria bekerjasama (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Hubungan antar individu sangat bervariasi tingkatnya. Seperti gaya bercanda, tingkat kedekatan emosional dengan rekan kerja, cara komunikasi dengan teman, atau kecenderungan untuk pergi makan siang atau happy hour dengan orang-orang.

Setiap pasangan perlu berdiskusi sejauh mana batasan interaksi yang wajar dan tidak menurut masing-masing? Apakah kamu akan terluka kalau pasangan makan siang dengan lawan jenis tanpa izin? Apakah menanyakan kabar dan bertukar pesan di luar urusan kerja tidak apa-apa? Setiap pasangan harus mendefinisikan sendiri apa yang membuat mereka nyaman atau tidak nyaman. 

19. Apakah salah satu dari kita memiliki rahasia besar yang belum kita ceritakan?

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Leah Kelley)

Ingin mengungkapkan rahasia atau memendamnya sendiri, tentu adalah keputusan mutlak masing-masing individu. Namun, ketika memilih untuk menyimpannya, kamu perlu tahu akan ada risiko di kemudian hari pasanganmu akan tidak sengaja mengetahuinya. Terapis Erin Wiley, MA mengatakan, "Saya percaya yang terbaik adalah menjadi diri kita yang sebenarnya, dan tahu bahwa kita diterima sepenuhnya, terlepas dari masa lalu kita."

20. Apakah kamu berkomitmen untuk konseling ketika kita membutuhkannya? Pada keadaan apa saja kita butuh?

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

"Banyak wanita yang pernah tangani mengatakan bahwa pasangannya tidak 'percaya pada konseling' atau menolak untuk 'menceritakan masalah mereka kepada orang asing'," kata Wiley, sehingga akar permasalahannya lebih sulit diurai. Untuk itu, penting menyepakati keputusan apa yang akan diambil dan dalam keadaan apa kita butuh melakukan konseling baik individu maupun pasangan.

Pernikahan merupakan komitmen terlama yang akan kita jalani seumur hidup. Mari kita persiapkan diri lebih baik lagi untuk menjalin koneksi yang nyaman dan long lasting, serta menjadi "wadah" yang sehat bagi generasi penerus kita bertumbuh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team