5 Tanda Orang yang Terobsesi pada Kekuasaan, Bisa Merugikan Orang Lain

Intinya sih...
- Obsesi terhadap kekuasaan melibatkan dorongan kuat untuk mengendalikan, memengaruhi, atau mendominasi orang lain.
- Tanda obsesi kekuasaan termasuk keinginan terus-menerus untuk mendominasi setiap situasi dan penggunaan cara manipulatif untuk mencapai tujuan.
- Orang terobsesi pada kekuasaan haus akan pengakuan dan validasi, bersifat kompetitif, serta memiliki kebutuhan tinggi untuk mengendalikan orang lain.
Beberapa orang memiliki jiwa kepimpinan yang bagus dan tidak keberatan mengemban tanggung jawab menjadi pemimpin dalam beberapa situasi. Namun, yang harus diperhatikan ialah jika ini menjadi obsesi terhadap kekuasaan. Obsesi terhadap kekuasaan merupakan fenomena psikologis yang melibatkan dorongan kuat untuk mengendalikan, memengaruhi, atau mendominasi orang lain.
Individu yang terobsesi pada kekuasaan sering kali merasa terpanggil untuk memegang kendali atas situasi, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Obsesi ini bisa muncul dalam berbagai bentuk dan memiliki sejumlah tanda yang bisa dikenali. Berikut beberapa tanda umum orang yang terobsesi pada kekuasaan.
1. Keinginan mendominasi setiap situasi
Salah satu tanda yang paling jelas dari obsesi terhadap kekuasaan ialah keinginan terus-menerus untuk mendominasi setiap situasi. Orang seperti ini akan selalu berusaha mengambil peran sebagai pemimpin meski tidak diminta, bahkan merasa tidak nyaman jika tidak memiliki kendali penuh. Mereka cenderung mengabaikan pendapat orang lain, terutama jika pandangan tersebut dianggap mengancam posisi mereka sebagai pengambil keputusan utama.
2. Manipulatif
Mereka yang terobsesi dengan kekuasaan sering menggunakan berbagai cara manipulatif untuk mencapai tujuan mereka. Ini bisa berupa memanipulasi informasi, mengontrol orang melalui intimidasi, atau memanipulasi emosi orang lain untuk mempengaruhi keputusan. Tujuan mereka adalah menjaga atau memperluas kekuasaan yang mereka miliki, sering kali dengan mengorbankan kesejahteraan orang lain.
3. Haus pengakuan dan validasi
Mereka yang terobsesi pada kekuasaan sering kali haus akan pengakuan dan validasi dari orang lain. Mereka ingin selalu diakui sebagai orang yang paling berpengaruh, kuat, atau penting di lingkungan sekitar. Mereka akan merasa terganggu jika tidak mendapatkan pujian atau penghargaan yang dirasa sesuai dengan posisi mereka. Hal ini juga mendorong mereka untuk terus-menerus mencari kesempatan untuk menonjolkan diri.
4. Kompetisi yang tidak sehat
Orang yang terobsesi pada kekuasaan biasanya memiliki jiwa yang sangat kompetitif. Dalam setiap kesempatan, mereka merasa harus selalu menjadi pemenang. Mereka tidak suka berbagi kemenangan atau kesuksesan dan cenderung melihat orang lain sebagai pesaing yang harus dikalahkan. Ini bisa mendorong pada perilaku yang merusak dalam tim atau komunitas. Di sini, mereka akan menggunakan cara apa pun untuk memastikan diri mereka tetap di puncak.
5. Kontrol berlebihan terhadap orang lain
Orang yang terobsesi dengan kekuasaan biasanya memiliki kebutuhan yang tinggi untuk mengendalikan orang lain. Mereka akan merasa cemas atau tidak nyaman jika ada orang yang bertindak di luar kendali mereka. Oleh sebab itu, mereka akan sering mengatur orang lain, baik secara profesional maupun pribadi. Mereka akan menetapkan aturan yang kaku dan memaksa orang lain untuk mengikuti mereka. Sayangnya, perilaku ini membuat mereka sering dinilai menyebalkan oleh orang lain.
Obsesi terhadap kekuasaan bukan hanya soal ambisi yang tinggi, tetapi juga sering kali mendorong perilaku yang merugikan orang lain. Orang yang terobsesi pada kekuasaan sering kali kehilangan empati dan nilai-nilai etika dalam upaya mempertahankan posisi mereka. Mengenali tanda-tanda ini bisa membantu kita memahami perilaku mereka dan mengantisipasi dampak negatif yang mungkin timbul dalam kehidupan pribadi atau profesional.