Tentang Jarak dan Waktu, Apa Kabar Kamu yang di Sana?

Untukmu yang selalu ada dalam doaku, berharap suatu hari nanti kita berdua tidak harus menanggung beban bernama jarak dan waktu. Masih segar dibenakku ketika kamu berkata padaku bahwa jarak dan waktu bukanlah hal yang besar dan akupun berpendapat demikian. Namun, kita berdua salah. Tidak mudah menyelaraskan perbedaan waktu antara malam di tempatku dan siang di tempatmu. Lalu, jarak yang membuat semuanya semakin rumit.
Terpisah ribuan kilometer darimu membuatku iri. Iri kepada orang-orang disekitarmu yang setiap hari dapat dengan senantiasa melihat dan mendengar celotehanmu. Jika aku bisa, aku rela bertukar tempat dengan orang-orang di dekatmu demi dapat bertemu denganmu kapanpun aku mau. Aku juga ingin seperti pasangan yang lain, pergi ke bioskop bersama atau sekedar ngobrol di kafe sambil meminum kopi hitam favorit kita.
Semua mimpi-mimpi kita sudah kusimpan dan kutata rapi di dalam kotak mimpi. Dulu, ketika aku rindu padamu, aku selalu membuka kotak tersebut dan berdoa supaya apa yang selama ini kita mimpikan akan menjadi nyata. Namun, harus aku kemanakan kotak mimpi tersebut jika sekarang tidak ada lagi “aku dan kamu”?