Untuk Kamu yang Sedang Patah Hati, Ini adalah Sebuah Usaha untuk Melupakan

Di dunia ini ada beberapa manusia yang membutuhkan satu dua bulan untuk bisa bersikap biasa saja, kembali berbahagia. Dan tak menutup kemungkinan, ada yang membutuhkan waktu dalam hitungan tahun untuk kembali bersikap biasa-biasa saja. Sungguh tak ada yang salah dengan itu semua, itu lumrah.
Jangan sekali-kali mencoba untuk menghakimi mereka. Karena kamu tak pernah tau seberapa dalam luka mereka, seberat apa kisah masa lalu mereka. Yang bisa kamu lakukan hanyalah mengingatkan mereka. Bisikkan pada mereka jika segala yang berlarut itu tidak baik. Bagi kamu yang baru saja patah hati, atau sedang dalam usaha untuk melupakan seseorang, cobalah untuk membaca kisah ini. Ini hanya sedikit kisah dari seorang wanita yang sedang berusaha untuk melupakan.
Ibarat kata aku hanya setangkai mawar di antara indahnya kebun mawar milikmu
Mungkin aku hanya setangkai mawar di antara indahnya kebun mawar milikmu. Akhirnya dengan mudah aku dipelaskan begitu saja. Toh, masih ada mawar-mawar lainnya di kebun itu. Jadi kehilanganku tak akan menyulitkanmu. Aku yang dipaksa untuk menyerah dan ikhlas pada hal-hal yang benar-benar tak ingin kulepaskan.
Bukan Peribahasa yang Basi: Air Susu Dibalas dengan Tuba
Jika sebentar saja aku mengingat awal perkenalan kita, seharusnya aku tak berada di sisimu saat itu. Kau yang datang padaku karena luka hatimu ditinggalkan kekasihmu dulu. Aku yang hanya bersimpati dan akhirnya perlahan membantumu mengobati luka. Anggap saja kisah kita berawal dari sebuah pelarian. Tapi bukankah terlalu kurang ajar jika kau meninggalkanku dengan luka sementara aku yang menyembuhkan lukamu?
Perihal Melupakan, Ajari Aku Cara Merelakan Tanpa Kebencian
Pada awalnya aku hanya berusaha melupakanmu dengan mengingat segala keburukan tentangmu. Persetan dengan ajaran tentang berdamai dengan masa lalu. Kisah kita terlalu pelik jika harus diajak untuk berdamai. Biarkan saja, kamupun tak berhak melarangku untuk membenci, mengumpat, dan menceritakan keburukanmu. Sah-sah saja bagiku yang merasa segalanya tak pernah adil sejak awal. Bukankah mereka bilang waktu akan memulihkan lukaku dan mendewasakanku?
Sebab Aku Tak Ingin Jadi Pengemis Cinta
Hingga akhirnya aku menyadari betapa sia-sianya aku selama ini. Sia-sia karena masih terus berharap pada manusia yang sudah memberikan luka. Sia-sia karena sibuk mengejar ia yang memang tak ingin ku kejar. Urusan hati ini tentang saling memberi, bukan lagi untuk mengemis agar dikasihani dan dicintai.
Pada Akhirnya Melepasmu adalah Sebuah Keharusan
Akhirnya aku sampai pada pelajaran berdamai dengan masa lalu. Melepasmu adalah sebuah keharusan, melupakanmu adalah sebuah keinginan, dan membencimu adalah sebuah pilihan. Melepasmu bukan karena tak lagi menginginkanmu, sungguh jika ditanya perasaan ini masih tetap utuh untukmu yang sudah menyakiti. Tapi aku sadar, mencintai dan menginginkanmu sendirian bukanlah hal yang wajar. Itulah mengapa aku memilih untuk belajar melepaskanmu dan perlahan melupakanmu. Sebab aku tau, perihal jodoh hanyalah rahasia Illahi. Jika sekali lagi kau ditakdirkan untukku, pastilah kau akan kembali dengan cara yang tak ku duga. Tapi jika bukan dengan dirimu, takdir ini dituliskan, aku percaya akan ada cerita yang lebih yang akan merangkulku di masa mendatang. Jadi perihal mana yang harus aku risaukan lagi?
Balas Dendam Terbaik adalah dengan Kesuksesan
Dan jika sampai saat ini ada di antara kalian yang masih sibuk dengan kegalauan yang tak kunjung reda. Cobalah untuk bangkit, meski harus terseok pincang dan bercucuran air mata. Targetkan sebuah impian dan kesuksesan. Agar kelak ia yang mematahkan hatimu akan merasa kecewa karena melepasmu. Meski tak ia tampakkan, tak ia perlihatkan. Percayalah, ada kecewa dibalik hati mantanmu. Karena itu, jangan berlarut-larut dalam kesedihanmu. Jadilah manusia yang lebih baik dari masa lalumu.