"They want me to cry, but i choose to fly hight and hight "
"World's bravest woman", sebutan yang pantas disematkan kepada wanita berparas cantik itu. Ia begitu cantik, rambutnya lurus sebahu, kulitnya seperti buah langsat, senyumnya merah merekah bagai delima. Sebut saja, Neerja Bhanot. Sosok kepala pramugari penerbangan Pan Am 73, India. Diumur yang masih cukup belia, 22 tahun. Ia rela mempertaruhkan nyawanya untuk ratusan penumpang pesawat dimana ia bertugas.
Pada tanggal 5 September 1986. Pesawat Boeing 747-121, tempat dimana ia bertugas mengalami pembajakan saat tengah transit di Bandara Karachi, Pakistan. Teroris masuk dengan bengisnya. Kepanikan. Ketakutan. Perasaan tersebut membaluti perasaan penumpang pesawat saat itu. Tidak boleh bergerak. Bergerak, tembak. Itu yang diucapkan oleh teroris saat itu. Namun tidak dengan Neerja Bhanot. Dia seperti tidak punya rasa takut. Begitu tegar. Ia bahkan melakukan berbagai cara agar para penumpang dapat keluar dari pesawat tersebut.
Ia pun menjadi orang terakhir di dalam pesawat. Memastikan seluruh penumpang yang masih selamat keluar terlebih dahulu. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ia tertembak saat melakukan evakuasi penumpang terakhir.
Seperti peribahasa gajah mati tinggalkan gading. Pun dengan manusia, manusia mati meninggalkan nama. Kini ia dikenang dengan kepribadiannya yang begitu luar biasa. Kisahnya pun sudah difilmkan dan menjadi Box Office loh!