ilustrasi memakai makeup di dahi (pexels.com/Mike González)
Pigmen dapat dibagi menjadi dua, yaitu organik dan anorganik. Pigmen anorganik umumnya kurang cerah dan kisaran warnanya terbatas dibandingkan dengan pigmen organik. Pigmen anorganik lebih stabil di seluruh rentang pH, cahaya, dan suhu yang relevan untuk kosmetik.
Mengutip laman Special Chem, Belinda Carli seorang Direktur Institute of Personal Care Science, Australia, sebuah organisasi pelatihan internasional yang mengurus regulasi untuk perawatan pribadi dan kosmetik, memberikan penjelasan mengenai jenis-jenis pigmen tersebut. Untuk itu kamu bisa menyimak ulasannya di bawah ini.
Pigmen organik
Diklasifikasikan sebagai organik karena mengandung karbon dan pewarna organik. Pewarna organik semuanya transparan pada kulit, dengan berbagai tingkat stabilitas kimia dan fisik. Pigmen organik akan mencapai stabilitas terbaik dalam kisaran pH 4 hingga 9 dan seringkali tidak stabil dengan adanya ion logam. Pewarna organik dapat digunakan untuk kulit atau bibir dengan berbagai efek.
Pigmen anorganik
Pigmen anorganik terdiri dari oksida besi, kromium dioksida, biru laut, mangan violet, pigmen putih, dan efek pearlescent. Pigmen ini digunakan karena cakupan warnanya yang dinilai pas, sehingga sangat cocok digunakan pada riasan wajah dan mata.
Pigmen ini biasanya terlihat lebih kusam daripada pigmen organik. Namun, mereka memiliki stabilitas yang jauh lebih baik dan dapat ditingkatkan melalui berbagai pelapis. Pigmen ini juga stabil terhadap panas dan cahaya tetapi mungkin sensitif terhadap pH yang ekstrem.
Namun, Belinda juga mengingatkan bahwa semua jenis pewarnaan kulit ini rentan terhadap risiko reaksi alergi. Terutama pewarna berbasis minyak yang digunakan dalam lipstik. Itulah kenapa uji keamanan konsumen harus dilakukan untuk memastikan keamanannya sebelum produk masuk ke tahap sampel dan pengembangan.