Ara Kusuma (instagram.com/arakusuma)
Apa sih yang dilakukan anak-anak usia SD? Kalau tidak belajar, ya bermain, kan? Namun, ada yang berbeda dari Ara Kusuma. Sejak kecil, Ara tumbuh menjadi pribadi dengan keingintahuan yang sangat tinggi. Bisa dikatakan, kelebihannya saat itu adalah bertanya.
“Jadi setiap ada hal apa pun itu aku selalu bertanya ini apa sih. Kenapa kok kayak gini? Orangtua aku gak pernah nge-stop karena kebanyakan tanya. Jadi memang aku di-encourage untuk tetap bertanya. Nah, titik baliknya waktu itu aku memang suka minum susu waktu kecil,” ungkapnya.
Sama dengan anak lainnya yang mengagumi suatu hal. Ara sangat menyukai sapi, ia memang suka meminum susu sapi dari kecil. Menurutnya, sapi adalah hewan yang lucu dan menggemaskan sehingga ia mengoleksi apa pun yang bernuansa sapi. Buku tulis bahkan jilbab pun berbentuk sapi dengan identitas warna hitam dan putih.
Kepindahannya dari Depok ke Salatiga menjadi awal mula kiprahnya bergelut di bidang sosial. Ara dan orangtuanya banyak mengunjungi berbagai peternakan swasta. Di usianya yang belia, ia bisa melihat perbedaan antara orang-orang yang memelihara sapi di rumah dengan peternakan swasta.
“Aku ngelihat ‘oh ternyata ada berbagi cara sapi itu bisa dipelihara dan dikelola sumber dayanya’. Yang waktu itu aku ke peternakan swasta, ada sekitar 1500 sapi itu mulai dari susunya diolah, kotorannya juga, pangannya diperhatikan dengan sangat baik sehingga keuntungannya besar. Sedangkan yang di desa, mereka punya rata rata 2-3 ekor sapi satu keluarga. Bayangkan kalau satu desa ada 500 keluarga. Dari segi jumlah gak jauh berbeda tapi segi pengolahannya yang berbeda,” ceritanya.
Lantas, tercetuslah ide apakah bisa peternakan di desa jauh lebih terintegrasi dan teroptimalisasi sumber dayanya seperti di peternakan swasta. Semula, peternak di desa hanya menjual susu perah ke koperasi dengan harga murah. Padahal masih banyak hal yang bisa dimanfaatkan dari pengelolaan sapi, yang nantinya akan menghasilkan produk bernilai tinggi.
Ara menyebutnya Moo’s Project. Ia dan orangtuanya berupaya menjembatani peternak di desa dan peternak swasta agar bisa bertukar pikiran dan tersadarkan bahwa ada peluang besar untuk menciptakan kesejahteraan. Hasilnya mencakup pengelolaan susu, daging, kotoran sapi, homestay, hingga membuat eco-tourism.