Penenun sedang bekerja pada Kamis (8/8/2024) di Studio Sejauh, Pekalongan. (IDN Times/Febriyanti Revitasari)
Tahap berikutnya adalah belajar menenun kain dari pintalan benang. Pada tahap ini, kami dipandu oleh tim kolaborator dari CraftDenim.id yang membangkitkan kembali gairah tenun di Kota Pekalongan.
CraftDenim.id yang didirikan oleh Raden Asyfa Fuadi, memiliki ciri khas berupa kain tenun denim atau jeans. Tenun yang diaplikasikan pun berasal dari ATBM (alat tenun bukan mesin). Jadi, pengerjaannya masih tradisional dan melibatkan tenaga manusia.
Pada praktik pertama, kami menggunakan alat tenun untuk kain denim. Rumus yang digunakan adalah 1, 4, 2, 3. Artinya, kami perlu memijak injakan kayu di bawahnya dengan urutan nomor 1 dari kanan, lalu 4, kemudian 2, dan 3. Begitu terus dan berulang sembari tangan kami menarik dan mendorong kayu. Hal ini dilakukan untuk membuat motif tenunannya.
Pada praktiknya, proses ini tidak semudah yang dilihat. Pertama, kaki kami masih terasa kaku menekan injakan dengan rumus yang sedemikian rupa. Begitu pula dengan tangan kami yang harus menarik kayu. Proses pun jadi melambat.
Kedua, sekoci (bagian yang berfungsi untuk meluncurkan benang dari kanan ke kiri atau sebaliknya) terlempar keluar atau berhenti di tengah-tengah balok. Sungguh kami perlu mengatur energi dengan baik supaya hasil tenunan punya kerapatan yang baik. Sebab, jika menarik kayu dengan sangat bersemangat pun, alat tenun yang besar itu sanggup bergeser posisi.
Bergeser ke praktik kedua, kami menenun kain tenun biasa. Karena itu, injakan kaki yang digunakan tidak sebanyak sebelumnya. Rumusnya hanya kanan dan kiri.
"Setelah menginjak ini, kita harus mendorong. Saat mendorong itu, tali ini akan tegang dan mendorong shuttle (alat untuk menyimpan dudukan pembawa benang). Setelah didorong, agak ditarik sedikit agar masuk laci (ruangan untuk sekoci sebelum dipukul oleh picker) di sebelah sana," instruksi Asyfa.