"Kartu mahasiswa ini jadi baptis bahwa aku sudah memulai this painful life journey. Terlanjur, gak ada jalan balik, Tet! Harus jalan maju," tuturnya bercerita di media sosialnya.
Di tahun 2012, ia sempat mengikuti kursus Global Leadership and Public Policy di Harvard Kennedy School. Namun, tetap ada dilema meninggalkan suami dan anak-anaknya. Di sisi lain, Butet harus berjuang meraih cita-citanya untuk studi PhD Antropologi Pendidikan.
Banyak hal yang jadi kebingungannya selama menjadi mahasiswa rantau di Belanda. Ia banyak berbagi kisah ala anak kos yang bingung soal kos kosong, hunting barang, hingga sempat tersesat di negara asing.
Dedikasi tinggi inilah yang membuat Butet Manurung banyak meraih penghargaan. “Nobel Asia” Ramon Magsaysay Award 2014 dan Penghargaan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015 jadi penghargaan bergengsi dan terbaru. Selain itu, ada Unesco’s Man and Biosphere Award 2001, Time Magazine’s Hero of Asia 2004, Young Global Leader 2009, dan banyak penghargaan lainnya.