dok. Istimewa/ Karina Negara, Psikolog dan Co-Founder KALM
Ketika ditanya apa yang menjadi pemicu untuk memilih karier di bidang psikologi, perempuan kelahiran Jakarta, 4 November 1991 itu menceritakan awal mula minatnya dalam menekuni bidang ini.
"Itu panggilan hidup saya. Artinya kalau panggilan hidup itu tarikan atau dorongan. Kalau yang sudah menemukan panggilan hidupnya pasti sudah tahu bahwa itu kuat sekali," terangnya.
Ada dua kejadian yang membuat Karina memantapkan diri memilih karier sebagai psikolog. Pertama saat usianya 7 tahun, setelah ia dibawa mamanya pergi ke psikolog untuk tes IQ. Kemudian kedua ketika mengikuti career week di SMP. Saat itu sekolahnya meminta Karina refleksi diri mengenai cita-cita yang ingin ia tekuni nanti.
"Bahkan sampai hari ini posternya masih ada. Intinya apa cita-citamu dan kenapa mau jadi itu, jadi gak cuman 'apa', tapi detail. Itu kerjaan ngapain, gajinya berapa, terus prospeknya gimana, untuk menjadi itu harus menempuh pendidikan apa saja, termasuk refleksi," tambah perempuan lulusan S2 Psikologi di Universitas Indonesia (UI) itu.
Sejak usia 7 tahun, Karina mulai menikmati momen tiap kali mendengarkan orang bercerita. Ia senang berbincang bersama teman-teman perempuan di sekolah. Pembahasannya pun beragam, mulai dari topik masalah dengan teman lain, gebetan, sampai saat ada teman yang berantem dengan mamanya. Ia antusias ketika memberikan ide perihal persoalan yang dihadapi teman-teman di sekolah.
"Waktu sudah jadi profesional, menjadi psikolog itu bukan kasih saran, tapi si klien harus come out with idea themselves. Aku cuma membantu mereka berpikir kritis dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab. Psikolog itu intinya asking powerful questions and menjadi Behavioral Analyst, tambahnya.