ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Christina Morillo)
Ibu kerap kali diberikan tanggungjawab dan beban yang untuk membesarkan anak. Seolah peran untuk merawat dan menjaga anak hingga dewasa merupakan tugas tunggal seorang ibu. Pembagian peran domestik yang tidak seimbang menyebabkan stigma yang dapat menghambat seorang perempuan untuk menjalankan kehidupannya.
"Menurut tantangannya ya tetap masih untuk bergerak itu ya gitu bahwa ya kodratnya wanita itu menyusui, melahirkan sama menstruasi gitu. Itu kayaknya yang kodrat secara natural biologis. Tapi sisanya kayaknya budaya sebenarnya membentuknya gitu yang bawa semua itu di mana itu produk budaya sih," ujar Orissa.
Orissa menuturkan tantangan menjadi seorang ibu kerap kali dihadapi perempuan berupa anggapan bahwa peran pengasuhan sepenuhnya menjadi peran ibu. Padahal, bagi Orissa seharusnya peran ini dilakukan secara seimbang bagi suami dan istri.
Sebab, ketidakseimbangan pembagian peran dalam keluarga turut memengaruhi kenyamanan dalam keluarga itu sendiri, sebagaimana dituturkan Orissa, "Nah, ini juga akhirnya mempengaruhi bagaimana dengan hubungan sama anak-anak gitu ya. Karena kemudian menjadi ibu yang tidak bahagia atau ibu yang stres gitu, aku percaya emosi menular, sehingga ketika ibu juga dalam keadaan yang sangat stressfull gitu ya, bagaimana cara kita di rumah itu mengurus rumah juga akhirnya mungkin terlihat. Itu tuh akhirnya ke anak juga bisa kena gitu. Anaknya lebih gampang cranky, anak lebih gampang rewel, kemudian hari makin emosi lagi gitu, jadi terus kemudian muncul lah jadinya perilaku-perilaku pengasuhan yang tidak tepat gitu ya."