#AkuPerempuan Devi Asmarani di Jakarta. 9 Desember 2019. IDN Times/Syarifah Noer Aulia
Dulu dan kini seolah tak menjadi batasan kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi pada perempuan. Momen yang gencar yang tengah menjadi sorotan yakni saat penyelenggaraan konser musik. Perempuan kerap menjadi korban kekejaman para pelaku. Ada bermacam-macam bentuknya baik verbal maupun non-verbal.
Situasi yang gelap dan tak terkendali seakan jadi sasaran empuk pelaku melancarkan aksinya. Mulai dari suitan, sentuhan, dan paling parah pemerkosaan. Sayangnya, para penyintas maupun lingkungannya menganggap ini adalah hal biasa. Seharusnya perempuan lebih berani bersuara dan menutup kesempatan pelaku untuk melakukan hal yang sama lagi dan lagi.
Tak hanya jadi pendengar dan peduli akan nasib sesama perempuan, Devi yang kala itu masih jurnalis muda, pernah mendapatkan pengalaman pelecehan oleh salah satu pejabat tinggi negeri ini di hadapan banyak orang. Saat itu Devi tengah meliput Gus Dur di salah satu masjid terbesar di Aceh. Lokasi dipenuhi ratusan masyarakat yang ingin berjumpa dengan Gus Dur. Tiba-tiba dari belakang bokong Devi dipegang, sontak Devi berteriak karena merasa tak nyaman.
“Karena merasa dirugikan saya berteriak dan menjelaskan apa yang terjadi pada saya. Inilah yang ingin saya sampaikan pada perempuan di luar sana, ayo berani bersuara, jangan diam saja! Ketakutan dan kekhawatiran kamu tak akan pernah berujung dan justru akan mendatangkan penyintas lainnya,” Cerita Devi saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta, Senin (9/12).