Kisah Inspiratif Andhini Miranda Memilih Cara Hidup Zero Waste (instagram.com/021suarasampah)
Andhini bercerita bahwa ia dan sang suami tidak memiliki latar belakang pendidikan yang fokus di bidang lingkungan. Keduanya menempuh pendidikan di bidang kreatif, khususnya desain. Sambil tersenyum simpul, Andhini juga mengatakan bahwa mereka gak punya pengalaman bekerja di organisasi atau komunitas yang bergerak di ranah lingkungan.
Titik balik untuk menempuh cara hidup zero waste dimulai saat Andhini hamil di tahun 2012. Ketika usia kehamilannya mencapai 7 bulan, perempuan berambut pendek ini melakukan riset terkait barang-barang keperluan bayi di internet.
"Saat browsing, secara gak sengaja saya bertemu dengan sebuah artikel yang membahas tentang sampah popok sekali pakai. Artikel ini lumayan membuka mata saya," tuturnya.
Dalam artikel itu dibahas tentang bahan kemasan popok yang terbuat dari plastik yang sulit terurai. Andhini juga meneruskan risetnya dan menemukan fakta bahwa ada banyak sampah popok yang dibuang dengan residu kotoran yang masih menempel, sehingga sulit untuk melakukan daur ulang.
"Sampah popok rupanya tidak hanya mencemari dan menumpuk di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) saja. Namun, juga mencemari sungai dan lautan. Yang kemudian akan mengubah ekosistem," tambah Andhini.
Usai mencari banyak referensi, Andhini pun memutuskan untuk berdiskusi dengan suami. Ia menjelaskan fakta-fakta lingkungan yang telah dibaca. Usai mendengar itu, partnernya setuju bahwa isu ini sangat genting untuk disikapi.
Andhini mengatakan, "Kami khawatir sekali gak bisa memberikan anak kami tempat yang nyaman dan layak untuk tumbuh. Kasus ini juga bisa mengarah ke pencemaran air dan udara. Saya gak bisa mewarisi harta kan ke anak, masa harus mewarisi penyakit?"
Dari diskusi tersebut, ibu dari satu orang anak ini pun memulai langkah pertamanya hidup ramah lingkungan dengan pakai popok kain atau cloth diaper. Selanjutnya, upaya mereka untuk hidup minim sampah pun dilakukan dengan bertahap.