Cahyaningrum, Pound Pro Tarakan (dok. Cahyaningrum)
Berhubung pekerjaannya tidak hanya mengajar Pound, mau tidak mau Ningrum harus beradaptasi dan belajar membagi waktu. Menurutnya, perjalanan pertamanya membuka kelas di Tarakan sekaligus bekerja sebagai Pembimbing Kemasyarakatan (PK) di Bapas Tarakan cukup menguras energi dan waktu.
Namun, apa yang dilakukannya tidak berlalu sia-sia. Justru, makin banyak orang mulai mengenal apa itu olahraga Pound. Tarakan tidak sebesar ibukota, akan tetapi adanya Pound perlahan berhasil menarik banyak orang untuk mulai peduli lagi pada kesehatan dan gaya hidup yang baik.
Pound bermanfaat melatih kerja jantung dan menguatkan otot. Di samping itu, Pound adalah salah satu cara untuk melepaskan energi dan perasaan stres sehingga mood semakin bagus. Menurutnya, Pound seperti orang yang menonton konser dengan euforianya yang terbawa sampai ke rumah.
“Kadang pulang ke rumah tuh masih kebawa keseruannya karena itu pun yang aku rasain waktu Rima Melati datang. Jadi aku mikir, aku pengen punya rasa ini terus. Itu juga yang akhirnya memutuskan jadi Pound Pro, ya karena itu,” sambungnya.
Sesungguhnya menjadi Pound Pro sangat bertolakbelakang dengan kepribadiannya. Alih-alih berhenti, Ningrum percaya bahwa demam panggung dan rasa nervous akan sirna asalkan kita percaya pada kemampuan diri sendiri dan sudah menguasai apa yang ingin disampaikan.
Ia melanjutkan, “Lagi lagi dibantu sama skill dari magang karena udah sering jadi tester. Jadi, pembawaan diri kita di depan umum itu terlatih.”
Bukan hanya membagi waktu dan energi untuk bekerja, tantangan lainnya adalah menjaga semangat. Sekalipun sudah ada track khusus dengan musik yang membakar semangat, belum tentu peserta memiliki semangat yang sama. Untuk itu, ia juga harus memperhatikan kondisi setiap peserta dan gak bisa memaksakan keinginan pribadi.
“Kita gak bisa memaksa orang untuk engage dengan olahraga yang kita bawakan. Siapa tahu memang dia gak suka,” pungkasnya.