Kantor Nusantics (instagram/nusantics)
Tantangan dunia semakin pelik dengan berbagai permasalahan dan krisis yang dialami. Isu seputar kirsis kesehatan, iklim, dan lain-lain membuktikan bahwa masalah yang tengah dihadapi manusia makin kompleks dan multidimensional.
Sharlini menilai perempuan punya potensi yang besar untuk menciptakan berbagai inovasi dan solusi dari kirsis tersebut, "Perempuan itu didesain lebih gampang memahami isu yang multidimensional, kita kan melihat sesuatu, ibaratnya kitakan juga kita terlatih untuk multitasking, untuk melihat keterkaitan ini dan itu, kita terlatih melihat yang tersirat tapi juga tersurat."
Sama halnya dengan bidang teknologi, perempuan juga memiliki potensi yang besar untuk berkarya di bidang tersebut. Sayangnya, Sharlini menuturkan, kondisi lingkungan yang dihadapi oleh banyak perempuan tidak mendukung pencapaian karier tersebut.
"Kalau kita bicara tentang perempuan di teknologi canggih, STEM (Sains, teknologi, teknik, dan matematika_red), jumlah dari presentase perempuan itu banyak, lebih dari 50 persen (pas lagi di angkatan saya kan) apakah yang lebih dari 50 persen ini berkarier di bidang yang sama, sama STEM juga, akhrinya enggak. Jadi mereka itu tidak bisa berkarier di dunia STEM yang mereka mau, pada awalnya lebih bukan karena mereka gak capable, tapi lingkungannya itu yang dragging down mereka. Karenakan pertimbangannya banyak ya perempuan," tutur perempuan lulusan Master Student of Sustainable Energy Futures, Imperial College London.