Rena Masri saat ditemui di Plaza Semanggi. 18 Februari 2020. IDN Times/Tyas Hanina
Sambil menghirup kopinya, Rena menarik napas perlahan. Ia menceritakan momen terendah dalam hidupnya saat hamil dan tinggal di Swedia.
"Waktu saya keguguran anak pertama dan itu lagi gak di sini. Tapi, saya lagi ikut suami saya kuliah di Swedia. Baru banget nikah, terus keguguran, dan gak kenal banyak orang. Jadi, saya agak takut," tutur Rena.
Walau begitu, Rena mensyukuri keberadaan sang suami dan kenalannya di Swedia yang membantunya mengantar ke rumah sakit dan memberikan dukungan moral.
"Tapi, alhamdulillah suami saya gak panikan. Jadi, saya juga ikut tenang dan santai. Orang Indonesia di sana juga baik-baik. Saat itu, kejadiannya di rumah. Jadi, saya langsung dianter ke rumah sakit dan dokternya pun menjelaskannya dengan rinci," ujar Rena.
Perempuan kelahiran tahun 1980 ini, mengaku masih khawatir, sempat pingsan, dan takut untuk tidur. Namun, masa berkabung itu ia lalui dengan tegar. Setelah seminggu, Rena sudah bisa menjalani hari-harinya tanpa ada perasaan kemelut di hatinya.
"Sekitar 1 mingguan, termasuk cepat sih recovery-nya. Karena, mungkin saya belajar juga bagaimana self healing dan motivasi diri. Kebetulan, mertua saya pun dokter kandungan. Jadi, saya banyak nanya ke beliau," kata Rena sambil tersenyum.
Menurutnya, dukungan dari support system dan sikap mereka merespons permasalahan juga sangat berperan penting dalam proses kesembuhannya.