Presiden Barack Obama memeluk Mari Copeny, 8 tahun, di belakang panggung di SMA Northwestern di Flint, Michigan, 4 Mei 2016. Mari menulis surat kepada Presiden tentang krisis air di Flint. (Foto Resmi Gedung Putih oleh Pete Souza)
Terakhir ada Amariyanna Mari' Copeny, gadis berusia 8 tahun yang berhasil membawa perubahan pada kota kelahirannya, Michigan. Aksi Mari ini bermula dari tahun 2016, di mana ia nekat mengirimkan surat kepada presiden Barack Obama tentang kondisi penduduk Flint yang mengalami krisis air bersih.
Ia menceritakan bahwa sumber air di tempat tinggalnya telah tercemar logam timbal selama bertahun-tahun. Ia berharap agar pemerintah memberikan perhatian sekaligus perubahan pada kotanya.
Setelah beberapa bulan, tanpa disangka Mari mendapatkan panggilan dari Gedung Putih untuk bertemu dengan presiden Obama. Presiden mengatakan terharu membaca surat dari Mari dan berjanji akan datang ke Michigan.
Hingga saat ini, Mari dijuluki sebagai 'Little Miss Flint. Aksinya tersebut mendapat dukungan dari banyak orang, ia bahkan berhasil mendapatkan beasiswa untuk sekolahnya.
Di balik pencapaian besar mereka, lima perempuan muda ini membuktikan bahwa keberanian untuk bersuara bisa menggerakkan perubahan nyata. Jejak perjuangan yang mereka tinggalkan jadi pengingat bahwa advokasi HAM bukan hanya milik tokoh senior, tapi juga generasi muda yang berani menantang ketidakadilan. Kisah mereka menunjukkan satu hal: ketika kamu memilih untuk tidak diam, dunia selalu punya ruang untuk berubah.