Dok. Pribadi PALem/Beatrix Tapoona
Tahun 2010 menjadi peristiwa yang cukup mendebarkan bagi Ibu Beatrix karena pada tahun tersebut, beliau merencakan untuk mendirikan sebuah pondok baca di Tanah Lembata. Pada awalnya memang cukup sulit karena Ibu Beatrix harus pulang-pergi Yogyakarta-Kupang kemudian ke Lamalera dikarenakan orang tua Ibu Beatrix sedang sakit.
Hal ini tidak membuat Ibu Beatrix patah semangat. Berawal dari hal-hal kecil seperti pulang ke Lamalera dengan membawa berbagai macam majalah dan buku cerita anak-anak agar bisa menarik minat anak-anak Lamalera untuk datang ke rumah Ibu Beatrix. Hal ini juga dilandasi karena pendidikan di Tanah Lembata masih kurang, sehingga berangkat dari sinilah Ibu Beatrix menemukan sebuah ide untuk terus membawa buku ketika pulang ke Lamalera.
“Tahun 2010, saya ingat dulu ketika pulang ke Lamalera harus naik Kapal laut (PELNI) agar saya bisa bawa banyak buku,” kenangnya.
Buku tentu saja tidak cukup untuk memancing anak-anak agar datang ke rumah Ibu Beatrix. Ketika pulang dari Yogyakarta, Ibu Beatrix terkadang membawa baju layak pakai milik puteranya agar menarik minat anak-anak Lamalera. Tentu saja ini adalah ide brilian yang patut untuk ditiru.
Usaha-usaha yang Ibu Beatrix lakukan membuahkan hasil. Banyak anak Lembata yang mulai tertarik dengan dunia membaca. Setiap sore di saat senggang, mereka selalu mampir meskipun hanya satu jam atau dua jam untuk membaca beberapa buku yang terdapat di Pondok Baca PALem.
Mimpi Ibu Beatrix yang tadinya hanya sebatas angan, kini menjadi kenyataan. Hingga di tahun berikutnya, tepat di tahun 2011, Ibu Beatrix resmi membuka Pondok Baca PALem untuk anak-anak Lamalera. Pondok Baca PALem ini resmi dibuka dan dipersembahkan untuk ayahanda tercinta yang telah dipanggil yang mahakuasa.
Sepintas terbesit sebuah pertanyaan, dari mana Ibu Beatrix terinspirasi dengan nama PALem? PALem merupakan sebuah akronim yang berarti Peduli Pendidikan Anak Lembata. Namun, di sisi lain, lagi-lagi melalui sebuah buku karya Paulo Coelho, Sang Alkemis; Ibu Beatrix terinspirasi dengan tanaman palem yang mana bisa di padang gurun yang sangat panas.
Dari buku karya Paulo Coelho itulah, beliau terinspirasi dari sang tokoh utama, yakni Santiago yang percaya bahwa apabila di padang gurun terdapat tanaman palem, maka di situlah terdapat OASE. Oleh karena itu, Ibu Beatrix berharap agar Pondok Baca PALem ini bisa dijadikan oase bagi anak-anak Lamalera.
“Demikian juga harapan saya, ketika hari ini, keadaan hidup, ketertinggalan, kemiskinan dan kebodohan atau apapun namanya, yang mewarnai keseharian anak anak desa nelayan ini, adakah itu menjadi sebuah milik yang harus dipertahankan? Jika engkau menginginkan sesuatu, Alam semesta akan mendukungmu. “PALem”, itu nama yang bakal saya berikan pada Pondok Baca yang akan saya mulai,” jelas Ibu Beatrix dengan lugas.
Perjuangan panjang Ibu Beatrix tentu tidak cukup berhenti di sini. Hal ini tentu saja mengingatkan beliau dengan pepatah yang pernah dikatakan oleh puteranya,
“Berjuanglah bukan karena engkau merindukan garis finish, tapi karena engkau memang mencintai liku dan terjalnya sebuah perjalanan.”