Dok. Istimewa (instagram.com/sisilism2.0)
Sisil menyandang gelar sarjana di bidang Ekonomi, tepatnya dalam ranah Manajemen & Bisnis. Background pendidikan yang berbeda dengan pekerjaan yang ditekuninya saat ini membuatnya sering dipandang sebelah mata.
"Dari SMP aku selalu penasaran dengan edukasi seputar seks. Ketika bertanya ke orangtua, aku gak pernah puas dengan jawabannya. Soalnya, malah sering dijawab dengan hal-hal mitos," tuturnya.
Sebagai seorang remaja yang bertumbuh dengan internet, Sisil pun memuaskan rasa ingin tahunya dengan banyak membaca artikel dan jurnal yang tersedia secara online. Sisil melahap seluruh sumber informasi kesehatan yang bisa ditemukannya di internet. Dari mulai forum media kesehatan berbahasa Indonesia yang saat itu masih terbatas halamannya, sampai berbagai jurnal kesehatan berbahasa Inggris.
Passion tersebut berlanjut sampai ia duduk di bangku SMA. Sisil yang waktu itu bercita-cita sebagai psikolog sadar bahwa edukasi seks ini masih belum merata di kalangan teman-teman perempuannya.
Ia mengatakan, "Ketika bercanda yang menyinggung hal porno sama teman-teman cowok, mereka tuh gak ngerti. Terus, aku mikir gimana ya kalo mereka dibego-begoin sama pacarnya?".
Meskipun masalah itu kedengaran sederhana, momen tersebut membuat Sisil tergerak untuk mempelajari isu ini lebih dalam. Untuk mendapat kurikulum pendidikan seks yang lebih ajek dan komprehensif, Sisil dan empat rekan timnya menempuh pendidikan bersertifikasi dari One Love foundation.
Tim Sisil terdiri dari 1 lulusan psikologi, 2 mahasiswa psikologi, serta 1 orang yang sedang menempuh S2 pendidikan biologi. Mereka pun banyak mengadopsi kurikulum dari UNFPA (The United Nations Population Fund).
"Pendidikan seks itu komprehensif dan kompleks. Bukan hanya perihal reproduksi sebetulnya, tapi ada relasi di situ," ujarnya.
Kurikulum yang diadopsi dari NGO luar negeri itu pun diracik kembali oleh timnya untuk disesuaikan dengan kultur dan budaya di Indonesia.