Pandemik Covid-19 secara gak langsung mengubah kebiasaan serta aktivitas setiap orang. Ratih mengaku merindukan kesibukannya sebelumnya, ia mengatakan, "Aku sempat volunteering ngajar, tapi saat ini kegiatannya gak ada".
Perempuan berusia 27 tahun ini sempat mengikuti organisasi bernama AiDA di Singapura yang fokus membuat kurikulum pelajaran finansial kepada pekerja sektor domestik. Setelah pulang ke tanah air, dirinya melanjutkan kegiatan volunteering tersebut di Komunitas SeKoCi (Sekolah Kolong Cikini).
Selain senang mengajar, ia pun rutin melakukan lari maraton. Sambil tertawa ia menuturkan, "Rencananya tahun ini aku mau ikut New York Marathon, tapi karena pandemik jadi semuanya dibatalkan".
Salah satu alasan yang mendasari kecintaannya pada perlombaan lari jarak jauh ini adalah filosofi hidup yang terkandung di dalamnya. "Kan ada orang suka ngomong, life is not a sprint is a marathon. But, for me if you wanna say that you really have to experience the marathon yourselves to know exactly what it means," ujarnya.
Kegiatan tersebut baginya bukan sekadar latihan fisik semata, tapi juga melatih mental untuk bisa jadi pribadi yang gak mudah menyerah. Hal tersebut, pada akhirnya juga diimplementasikan terhadap pola pikirnya saat membangun BASE. "Jadi harus find the right balance between speed and distance, sama seperti hidup dan pekerjaan," tambahnya.