Suasana RSPI Sulianti Saroso (IDN Times/Gregorius Aryodamar P.)
Setelah berkontribusi di dunia politik selepas revolusi, Sul kembali fokus di dunia kedokteran. Sampai pada akhirnya, ia berhasil mendapat beasiswa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mempelajari kesehatan ibu dan anak di negara Eropa.
Setelah lulus pun, ia kembali memberi gebrakan baru di dunia kedokteran tentang pengendalian angka kelahiran melalui pendidikan seks dan gerakan Keluarga Berencana.
Dilansir dari People, Population, and Policy in Indonesia oleh Terence H. Hull, Sul sempat mengatakan ingin menggagas program kesehatan ibu dan anak melalui penggunaan kontrasepsi.
“Dengan penuh semangat, dia meminta pemerintah untuk membuat keputusan-keputusan yang mendukung penggunaan kontrasepsi melalui sistem kesehatan masyarakat,” terang Terence H. Hull.
Menurut Sul, Indonesia saat itu masih kekurangan tenaga medis untuk kelahiran. Angka kematian tinggi namun ledakan penduduk terus meningkat.
"Sebaiknya, para ibu harus berani dan mau melakukan pembatasan kelahiran," tambah Sul, yang dilansir dari Kedaulatan Rakyat.
Bukan hanya Presiden dan Wakil Presiden Mohammad Hatta saja, kontra terhadap ide Sul juga datang dari Gabungan Organisasi Wanita Yogyakarta (GOWY) yang terdiri dari pemuka agama, dokter, dan bidan. Bagi mereka, pembatasan kelahiran merupakan hal yang melanggar norma HAM dan merusak moral masyarakat kala itu.