Sesi plenary: Setting The Scene: Vision of 2100 dalam acara Girls Summit 2024 pada Sabtu (7/9/2024) di The Tribrata, Jakarta Selatan. (IDN Times/Delvi Ayuning)
Ketika kita mendengar tahun 2100, mungkin sebagian besar dari kita akan terdiam sejenak, membayangkan seperti apa dunia pada masa itu. Memang, tahun 2100 masih terasa jauh dan kemungkinan besar generasi kita saat ini tidak akan mengalaminya. Akan tetapi, bagaimana dengan generasi yang akan datang?
Dalam sesi ini, kita akan diajak untuk membayangkan masa depan dan memikirkan bagaimana kondisi dunia pada tahun 2100. Visi ini mengandung tantangan sekaligus inspirasif tentang bagaimana kaum muda dapat berperan aktif dalam dunia yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Menurut Dwi Yuliawati Faiz, Head of Programmers UN Women, Visi 2100 dilandasi oleh keresahan dan kekhawatiran dirinya terhadap tidak tercapainya tujuan SDGs pada tahun 2030. SDGs sendiri merupakan singkatan dari Sustainable Development Goals, yaitu program pembangunan berkelanjutan yang disusun oleh negara-negara anggota PBB pada tahun 2015 dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030.
“Ada 17 dimensi atau tujuan dalam SDGs. Nah, sekarang yang seharusnya bisa dicapai di tahun 2030, ternyata kita masih ketinggalan jauh. Jadi, ada banyak SDGs goals atau target yang tidak tercapai. Melihat indikasi seperti ini, kita dan masyarakat global sudah harap-harap cemas, nih. Ini bakal tercapai gak sih? Misalnya, pada dimensi ke-5 dari 17 dimensi SDGs, yaitu Kesetaraan Gender. Tadi mimpinya adalah bahwa 50 persen perempuan akan setara dengan laki-laki di ruang publik. Juga bahwa terdapat kesetaraan di mana setiap orang bisa mengakses air minum yang bersih misalnya, mengakses digital teknologi, berinovasi, dan lain-lain. Akan tetapi, apakah itu tercapai? Nah, mengingat bahwa SDGs ini kebetulan sepertinya tidak tercapai, hal itu membuat kita harus memiliki beberapa milestone lagi karena kita tahu bahwa 2030 adalah critical stage sebelum kita mencapai the next millennial untuk 2050 dan kemudian untuk generasi berikutnya,” tutur Dwi.
Dwi menambahkan, masyarakat khususnya anak muda, harus mengambil langkah drastis dan sangat kuat karena jika tidak, maka tujuan tersebut tidak akan tercapai. Visi ini melihat target dalam jangka panjang, melampaui generasi saat ini. Apabila SDGs tidak tercapai, tentu dampaknya akan besar, sehingga masyarakat harus memandang jauh ke depan. Tidak hanya berpikir sampai di tahun 2030, tetapi juga memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya.
“Karena perempuan adalah setengah dari umat manusia. Tujuan yang lain tidak akan tercapai kalau tujuan ke-5 pada SDGs tidak tercapai. Jadi, itu penting untuk mendukung tujuan-tujuan yang lain. Jadi, yuk kita cek kembali. Kita lihat bagaimana ini semua. Ini bukan hanya tujuan pemerintah atau tujuan private sector, tetapi ini adalah tujuan semua masyarakat untuk bisa berkontribusi,” imbuh Dini Widiastuti, Executive Director Plan Indonesia.