ilustrasi marawis (unsplash.com/Asim Z Kodappana)
Satu hal yang membuat alat musik marawis menarik adalah kebutuhan akan kekompakan dari seluruh pemainnya. Biasanya, satu grup marawis terdiri dari sepuluh hingga dua belas orang. Setiap pemain memegang alat musik yang berbeda dan memainkan ritme yang telah disusun agar saling melengkapi. Tidak ada improvisasi bebas karena semua harmoni harus dibangun secara kolektif.
Koordinasi yang kuat dalam grup marawis mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dalam Islam. Setiap pukulan harus sinkron, saling mengisi dan tidak tumpang tindih. Inilah alasan mengapa alat musik marawis tidak hanya soal musikalitas, tapi juga melatih disiplin dan kerja sama. Keselarasan ini juga menjadi kunci utama agar pertunjukan marawis bisa memukau penonton dan menyampaikan pesan religius secara optimal.
Alat musik marawis tidak sekadar alat perkusi biasa, melainkan cerminan dari perjalanan budaya yang menyatukan nilai spiritual, identitas lokal, serta ekspresi seni yang khas. Sebagai warisan yang lahir dari perpaduan budaya Timur Tengah dan lokal Indonesia, alat musik marawis berhasil bertahan dan tetap diminati di era modern. Oleh karena itu, menjaga dan mempelajari alat musik marawis bukan hanya upaya pelestarian, tapi juga penghormatan terhadap kearifan budaya nenek moyang.