Lagu ini spesial karena dibiarkan bertumbuh sesuai dengan kebutuhan. Rancangannya berkembang terus seiring perjalanan waktu.
“Komposisinya lumayan berkembang dari hari pertama kita workshop. Kayak tumbuh terus dan akhirnya untuk jadi lebih komplitnya makan waktu lama. Pas sudah jalan pun, tiba-tiba kepikiran pakai orkestra. Lagunya sendiri belum sepenuhnya jadi, tapi gue kontak Erwin Gutawa. Dia menyambut, akhirnya berlanjut. Dari awal sampai kita rekaman bagian orkestranya, perlu waktu lebih dari satu tahun,” papar Gerald lagi, sembari menceritakan keterlibatan Erwin Gutawa di lagu Merayakan Fana.
“Ini hal yang bagus di mana akhirnya saya membagi peran dan mengurangi dominasi penulisan lagu. Yang lain sekarang bisa sumbang peran di sisi artistik. Di setiap belokan aransemennya akan ada belokan mencolok. Kita sama-sama bisa lihat dramaturgi yang mood-nya berubah-ubah sesuai kebutuhan. Lagunya hampir tidak ada pengulangan secara utuh. Secara keseluruhan, ini membuka gerbang baru yang menarik untuk Barasuara sebagai band,” timpal Iga Massardi.
Disambung Puti Chitara, “Barasuara lebih tenang, lebih kalem tapi musiknya makin kencang. Secara tema lebih dalam, lebih filosofis.”
Hal yang sama juga diungkapkan Marco yang menurutnya Barasuara sekarang lebih dewasa, lebih fokus, lebih tahu tujuannya. "Kalau dulu merasa lebih kayak pengen semua jurus dan semua api dikeluarkan, kalau sekarang lebih efektif," tegasnya.
Asteriska juga menegaskan bila di era sekarang ini, ia merasa energi Barasuara lebih apa adanya, melebur, lebih membuka pikiran karena sudah belajar lebih banyak lagi soal kehidupan dan ego.