Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi liburan bersama teman
ilustrasi liburan bersama teman (unsplash.com/Kyle Bushnell)

Intinya sih...

  • Ingin selalu ikut semua agenda tanpa melewatkan apa pun

  • Cemas ketika teman lain mengambil foto tanpa terlibat di dalamnya

  • Takut ketinggalan percakapan atau candaan kelompok

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Liburan bersama teman selalu menjadi momen yang dinantikan karena memberikan kesempatan untuk melepas penat, menikmati suasana baru, serta memperkuat ikatan kebersamaan. Setiap perjalanan biasanya menyimpan cerita yang mampu dikenang dalam waktu lama. Namun, di balik suasana menyenangkan itu, sering muncul perasaan tidak tenang yang justru mengganggu kenyamanan, terutama ketika muncul keinginan untuk terus mengikuti apa pun yang dilakukan kelompok.

Fenomena ini dikenal sebagai FOMO atau fear of missing out, yaitu rasa takut ketinggalan momen yang membuat seseorang merasa perlu terlibat dalam setiap kegiatan. Perasaan tersebut dapat menjadi beban tersendiri ketika tidak dikelola dengan baik, bahkan membuat perjalanan berubah menjadi pengalaman yang melelahkan. Ketika liburan seharusnya menjadi ruang untuk menikmati waktu tanpa tekanan, FOMO justru menghadirkan dorongan internal yang membuat seseorang sulit menikmati momen dengan tenang.

Supaya kualitas pengalamanmu tidak berkurang, yuk perhatikan kelima bentuk FOMO yang dialami saat liburan bersama teman. Scroll, yuk!

1. Ingin selalu ikut semua agenda tanpa melewatkan apa pun

ilustrasi liburan bersama teman (unsplash.com/seoling)

Salah satu bentuk FOMO yang paling umum terjadi adalah dorongan untuk ikut serta dalam setiap agenda yang direncanakan teman-teman selama liburan. Perasaan tersebut muncul karena menganggap bahwa setiap kegiatan memiliki nilai penting yang tidak boleh dilewatkan. Ketika melihat teman lain tampak antusias, muncul takut dianggap kurang menikmati liburan jika tidak hadir dalam seluruh agenda. Hal ini membuat tubuh dan pikiran dipaksa untuk selalu aktif, meski sebenarnya membutuhkan waktu untuk beristirahat.

Kehadiran dalam semua kegiatan memang memberikan peluang untuk memperbanyak kenangan, tetapi ketika dilakukan secara berlebihan, dampaknya justru menurunkan kualitas pengalaman. Rasa lelah yang menumpuk menyebabkan seseorang sulit menikmati suasana secara mendalam. Selain itu, tubuh yang dipaksa terus aktif dapat menurunkan kondisi fisik sehingga perjalanan berikutnya menjadi tidak optimal. Menghargai batas diri sangat penting untuk memastikan liburan tetap menyenangkan.

2. Cemas ketika teman lain mengambil foto tanpa terlibat di dalamnya

ilustrasi liburan bersama teman (unsplash.com/Micah & Sammie Chaffin)

Bentuk FOMO lain yang kerap terjadi adalah perasaan cemas ketika teman-teman mengambil foto tanpa melibatkan diri. Ketika melihat momen diabadikan, muncul kekhawatiran bahwa momen itu akan menjadi bagian dari cerita liburan tanpa keikutsertaan diri sendiri. Rasa takut tertinggal atau dianggap tidak hadir sering membuat seseorang berupaya muncul dalam setiap foto yang diambil. Hal ini kadang membuat suasana menjadi kurang nyaman karena fokus menikmati tempat wisata justru terbagi pada keinginan tampil dalam dokumentasi.

Dorongan untuk selalu tampil dalam foto liburan dapat menimbulkan tekanan emosional yang tidak disadari. Setiap momen yang terlewat sering kali dianggap sebagai kehilangan, padahal tidak semua aktivitas membutuhkan dokumentasi lengkap dengan keterlibatan seluruh anggota. Ketika perasaan ingin selalu ada dalam foto semakin mendominasi, keindahan tempat dan pengalaman nyata menjadi kurang terasa. Mengelola FOMO dalam konteks dokumentasi berarti menerima bahwa tidak semua momen harus diabadikan dengan sempurna.

3. Takut ketinggalan percakapan atau candaan kelompok

ilustrasi liburan bersama teman (unsplash.com/wamstudio)

Dalam perjalanan bersama teman, suasana hangat biasanya terbentuk melalui percakapan santai, candaan, atau cerita spontan. Namun, bagi sebagian orang, takut tertinggal dari dinamika tersebut merupakan bentuk FOMO yang cukup mengganggu. Ketika melihat kelompok sedang tertawa atau membahas sesuatu, muncul rasa gelisah jika tidak ikut menyimak sejak awal. Perasaan takut tidak memahami konteks percakapan membuat seseorang berusaha terus berada dekat kelompok tanpa memberi ruang bagi diri sendiri.

Perasaan takut ketinggalan percakapan dapat menimbulkan tekanan yang cukup besar karena seseorang merasa harus mendengarkan setiap pernyataan teman. Kondisi ini sering menghilangkan kesempatan menikmati perjalanan dengan cara yang lebih personal. Ketika fokus hanya tertuju pada dinamika sosial, perhatian terhadap lingkungan sekitar berkurang. Seseorang menjadi kurang menikmati sensasi berjalan, pemandangan, atau suasana khas sebuah tempat. Mengelola FOMO dalam bentuk ini berarti belajar memberikan ruang bagi diri sendiri tanpa merasa bersalah.

4. Merasa perlu mengunggah semua kegiatan ke media sosial

ilustrasi liburan bersama teman (freepik.com/freepik)

Media sosial sering menjadi sumber utama yang memengaruhi munculnya FOMO selama liburan. Banyak orang merasa perlu mengunggah setiap kegiatan agar terlihat bahagia. Ketika melihat unggahan teman-teman, muncul dorongan untuk membuat tampilan yang sama atau bahkan lebih menarik. Perasaan itu membuat liburan tidak lagi sekadar kegiatan menikmati waktu bersama, tetapi berubah menjadi ajang menunjukkan aktivitas. Hal ini menyebabkan seseorang terlalu fokus mencari foto terbaik, memilih momen yang menarik, serta memikirkan respons dari orang lain.

Ketergantungan pada media sosial saat liburan biasanya membuat seseorang kehilangan kesempatan menikmati suasana secara langsung. Fokus pada gawai mengurangi kualitas interaksi dengan teman dan mengaburkan esensi perjalanan. Perjalanan yang seharusnya menjadi pengalaman personal menjadi terikat pada pandangan publik yang belum tentu relevan. Mengurangi penggunaan media sosial selama perjalanan dapat membantu menciptakan pengalaman yang lebih bermakna.

5. Membandingkan pengalaman dengan teman lain dan merasa kurang maksimal

ilustrasi liburan bersama teman (freepik.com/prostooleh)

Bentuk FOMO berikutnya muncul ketika seseorang mulai membandingkan pengalamannya dengan apa yang dilakukan teman-teman selama liburan. Ketika melihat teman lain tampak lebih menikmati aktivitas tertentu atau lebih banyak memiliki momen menarik, muncul perasaan bahwa pengalaman pribadi kurang maksimal. Kondisi ini dapat memicu rasa tidak puas dan menurunkan kebahagiaan yang seharusnya muncul dari perjalanan tersebut. Perbandingan kecil yang terus dilakukan membuat seseorang kesulitan merasakan kebebasan menikmati momen sesuai karakter diri sendiri.

Perasaan bahwa pengalaman kurang maksimal sering kali tidak berlandaskan pada kenyataan utuh. Setiap orang memiliki preferensi dan cara menikmati liburan yang berbeda. Memaksakan diri agar sejajar dengan pengalaman orang lain justru membuat diri kehilangan arah. Menghormati preferensi pribadi membantu membangun perjalanan yang lebih menyenangkan dan autentik. Ketika seseorang berhenti membandingkan, setiap pengalaman kecil dapat dirasakan sebagai momen berharga yang memberikan warna tersendiri dalam perjalanan.

Mengurangi tekanan sosial, memberi ruang bagi diri sendiri, serta fokus pada pengalaman nyata membantu menciptakan perjalanan yang lebih bermakna. Ketika liburan dijalani dengan kesadaran penuh, setiap langkah menjadi lebih mudah dinikmati tanpa rasa takut tertinggal momen apa pun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team