Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi cowok menyesal (pexels.com/Nicola Barts)
ilustrasi cowok menyesal (pexels.com/Nicola Barts)

Intinya sih...

  • Menjaga kesehatan sejak dini, seperti olahraga ringan dan pola makan seimbang, penting untuk menghindari penyesalan di masa depan.

  • Mengungkapkan perasaan kepada orang terdekat, termasuk keluarga dan teman, dapat mencegah penyesalan karena kata-kata yang tidak sempat disampaikan.

  • Merawat hubungan dengan orang tua penting, karena waktu bersama mereka tidak bisa diulang dan menunda kebersamaan berarti merelakan momen sederhana.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menunda itu seperti kebiasaan kecil yang awalnya terasa sepele, tapi bisa berubah jadi penyesalan besar di kemudian hari, percaya, deh. Apalagi buat cowok yang sering merasa waktu masih panjang, tenaga masih banyak, atau kesempatan akan datang lagi. Padahal, banyak hal dalam hidup yang kalau dibiarkan terlalu lama justru menghilang begitu saja. Ada momen yang tak kembali, ada peluang yang tak muncul dua kali, dan ada pilihan yang jika dilewatkan hanya menyisakan sesal, Bro.

Kamu mungkin pernah mengalaminya, entah soal hubungan, kesehatan, karier, atau hal-hal kecil sehari-hari. Semua terlihat sederhana sampai tiba saatnya kamu berkata, “andai saja dulu aku gak menunda.” Artikel ini mencoba mengurai enam hal yang sering ditunda cowok, meski pada akhirnya justru membuat mereka menyesal.

1. Menjaga kesehatan sejak dini

ilustrasi sakit (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Cowok sering merasa tubuhnya kuat. Lembur sampai pagi, begadang dengan kopi, fast food setiap hari, semua dilakukan tanpa pikir panjang. Toh, sakit bisa diatasi dengan obat atau istirahat sebentar. Namun, tubuh bukan mesin yang bisa dipaksa tanpa batas. Semakin lama kamu menunda menjaga kesehatan, semakin besar harga yang harus dibayar.

Olahraga ringan, tidur cukup, dan pola makan seimbang sebenarnya bukan hal sulit. Tetapi banyak cowok menundanya sampai gejala kecil berubah jadi masalah besar. Saat usia bertambah, barulah kesadaran muncul. Penyesalannya sederhana kamu tak bisa membeli kembali waktu ketika tubuh masih sehat.

2. Mengungkapkan perasaan

ilustrasi cowok yang enggan mengungkapkan perasaan (pexels.com/Timur Weber)

Ada banyak cowok yang memilih diam, menunda kata-kata yang seharusnya diucapkan sejak lama. Rasa suka disimpan terlalu dalam, rasa sayang tidak pernah diutarakan, hingga akhirnya orang yang disukai sudah pergi dengan yang lain. Menunda perasaan hanya membuat hati dipenuhi tanya, bagaimana kalau dulu aku berani?

Mengungkapkan perasaan bukan hanya soal cinta. Itu juga berlaku pada keluarga atau sahabatmu. Berterima kasih, meminta maaf, atau sekadar menunjukkan kepedulian sering kali ditunda dengan alasan “nanti saja.” Mirisnya, tidak semua orang selalu ada untuk kita. Penyesalan paling sunyi adalah saat kata-kata itu tidak sempat disampaikan.

3. Merawat hubungan dengan orang tua

ilustrasi merawat hubungan dengan orang tua (pexels.com/Kampus Production)

Cowok kadang merasa urusan dengan orang tua bisa ditunda. Telepon nanti saja, pulang kampung saat liburan panjang, atau ngobrol seperlunya saja saat bertemu. Kesibukan sering dijadikan alasan, padahal yang diminta orang tua tidak banyak, yaitu hadir, meski sebentar.

Waktu bersama orang tua adalah sesuatu yang tidak bisa diulang. Menunda kebersamaan dengan mereka berarti merelakan kesempatan untuk mengenang lebih banyak momen sederhana. Banyak cowok baru menyadari nilai kehadiran orang tua saat jarak sudah tidak bisa lagi dijembatani. Saat itu, penyesalan tidak lagi bisa ditutup dengan kata-kata.

4. Menyelesaikan pekerjaan atau proyek penting

ilustrasi pekerjaan menumpuk (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Rasanya familiar saat deadline masih jauh, lalu pekerjaan ditunda dengan berbagai alasan. Kamu merasa bisa mengerjakannya nanti, sampai akhirnya waktu habis dan segalanya terasa kacau. Menunda pekerjaan hanya menumpuk kecemasan.

Cowok sering terjebak dalam pola ini, terutama saat merasa produktivitasnya lebih baik saat dikejar waktu. Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah kualitas kerja berkurang dan kesempatan berkembang ikut hilang. Penyesalannya datang ketika hasil tidak sesuai harapan, sementara semua itu bisa dihindari jika sejak awal tidak menunda.

5. Mengelola keuangan

ilustrasi uang (pexels.com/Lukas)

Banyak cowok yang santai dalam urusan uang. Gaji habis untuk nongkrong, belanja online, atau sekadar mengikuti tren saja. Tabungan dan investasi dianggap urusan nanti. Nah, menunda mengelola keuangan adalah salah satu penyesalan terbesar, karena waktu yang hilang tak bisa dikembalikan.

Seandainya kamu mulai menabung atau berinvestasi sejak dini, nilai uang itu akan berkembang seiring waktu. Tetapi, nih, menunda membuatmu kehilangan kesempatan emas. Penyesalannya, saat orang lain sudah punya simpanan atau aset, kamu baru menyadari betapa berharganya keputusan kecil yang seharusnya dilakukan sejak dulu, kan?

6. Mengembangkan diri

ilustrasi mengikuti kursus (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Banyak cowok menunda hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan diri. Contohnya, nih, belajar bahasa baru, mengambil kursus, membaca buku, atau mencoba pengalaman berbeda sering ditaruh di daftar “nanti.” Alasannya selalu sama, seperti belum sempat, terlalu sibuk, atau merasa waktu masih panjang.

Padahal, nih, kesempatan untuk berkembang tidak selalu datang dua kali. Saat kamu menunda, orang lain terus melangkah maju, Bro. Penyesalannya muncul saat merasa tertinggal, padahal yang membuat tertinggal adalah keputusan untuk menunda belajar dan mencoba, nih. Mengembangkan diri butuh konsistensi dan setiap hari yang dilewatkan adalah satu peluang yang hilang.

Menunda sering kali terasa nyaman. Kamu merasa masih punya waktu, masih bisa mengejar, atau masih akan ada kesempatan lain. Tetapi kenyataan selalu berbeda, Bro. Waktu terus berjalan tanpa menunggu siapa pun. Hal-hal yang ditunda bisa berubah menjadi penyesalan, karena tidak semua kesempatan bisa datang kembali. Jangan biarkan dirimu menjadi orang yang hanya hidup dengan kalimat “andai saja dulu.” Karena hidup bukan tentang menunggu waktu yang tepat, melainkan tentang berani memulai sebelum terlambat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team