Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan sedang berkomunikasi (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)
ilustrasi pasangan sedang berkomunikasi (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Intinya sih...

  • Kamu terlalu berlebihanMenganggap pasangan berlebihan saat low energy membuat mereka merasa tidak dimengerti dan bersalah.

  • Kamu kan cuma capek, nanti juga hilangUcapan ini menyepelekan perasaan pasangan dan menutup akses komunikasi yang jujur.

  • Kamu harusnya bersyukur, banyak orang yang lebih susahMembandingkan dengan orang lain membuat pasangan merasa bersalah dan menutup ruang komunikasi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam hubungan apa pun, menjaga perasaan pasangan adalah hal yang sangat penting, terutama ketika mereka sedang berada dalam kondisi emosional atau fisik yang menurun. Setiap orang pasti memiliki masa di mana energinya terasa menipis, baik karena tekanan pekerjaan, kelelahan mental, atau masalah pribadi yang sulit dijelaskan. Saat seseorang sedang low energy, mereka biasanya lebih sensitif dan membutuhkan waktu untuk memulihkan diri tanpa tekanan tambahan.

Momen low energy bukan berarti seseorang tidak peduli atau menjauh dari pasangannya, melainkan bentuk tubuh dan pikiran yang sedang mencari keseimbangan. Ketika pasangan sedang berada dalam kondisi seperti ini, dukungan emosional yang lembut jauh lebih dibutuhkan daripada nasihat keras atau komentar tidak peka. Namun sayangnya, masih banyak orang yang tanpa sadar mengucapkan hal-hal yang justru bisa melukai perasaan pasangan dalam fase rentan tersebut.

Supaya tidak menimbulkan masalah yang baru, yuk simak ketujuh hal yang tidak boleh diucapkan saat pasangan sedang low energy. Let’s scrolling!

1. Kamu terlalu berlebihan

ilustrasi pasangan sedang berkomunikasi (freepik.com/cookie_studio)

Mengucapkan kalimat ini dapat membuat pasangan merasa emosinya tidak valid. Ketika seseorang sedang low energy, perasaannya sering kali berada di titik paling rapuh. Menganggap mereka berlebihan sama saja dengan menolak perasaan yang sedang dirasakan. Ucapan seperti ini akan membuat pasangan merasa tidak dimengerti, seolah-olah kelelahannya dianggap sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.

Selain itu, kalimat semacam ini bisa menimbulkan rasa bersalah pada pasangan. Mereka mungkin mulai meragukan diri sendiri dan berpikir bahwa perasaannya tidak pantas untuk dirasakan. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menimbulkan penumpukan emosi dan menurunkan kualitas komunikasi dalam hubungan. Ketimbang mengatakan pasangan berlebihan, lebih baik memberikan ruang untuknya mengekspresikan perasaan tanpa dihakimi.

2. Kamu kan cuma capek, nanti juga hilang

ilustrasi pasangan sedang berkomunikasi (freepik.com/katemangostar)

Kalimat ini terdengar ringan, tetapi dapat menimbulkan kesan bahwa perasaan pasangan dianggap sepele. Saat seseorang sedang kehabisan energi, mereka biasanya tidak membutuhkan penjelasan logis tentang apa yang sedang dialami. Mereka hanya ingin diterima dalam keadaan apa pun. Mengatakan bahwa rasa lelah akan hilang dengan sendirinya bisa membuat pasangan merasa bahwa dukungan emosional tidak dibutuhkan.

Selain itu, kalimat ini juga mengandung nada penyangkalan terhadap kondisi emosional pasangan. Lelah bukan hanya tentang tubuh yang butuh istirahat, melainkan juga tentang pikiran dan perasaan yang terlalu penuh. Ucapan yang menyepelekan justru akan membuat pasangan menarik diri, merasa tidak layak untuk terbuka, dan menutup akses komunikasi yang jujur. Sebaiknya, cukup hadir dan biarkan keheningan menjadi bentuk dukungan yang lebih bermakna.

3. Kamu harusnya bersyukur, banyak orang yang lebih susah

ilustrasi pasangan sedang berkomunikasi (freepik.com/freepik)

Meskipun niatnya mengingatkan untuk tetap bersyukur, kalimat ini sering kali justru membuat pasangan merasa tidak punya hak untuk merasa lelah. Membandingkan keadaan seseorang dengan orang lain tidak pernah membantu proses pemulihan emosional. Ketika seseorang sedang low energy, ia tidak butuh perbandingan, melainkan pengertian. Ucapan ini bisa membuat pasangan merasa bersalah atas perasaannya, seolah-olah rasa lelah adalah bentuk ketidakbersyukuran.

Selain menimbulkan rasa bersalah, kalimat ini juga menutup ruang komunikasi yang seharusnya bisa menjadi tempat pasangan menyalurkan perasaannya. Mereka mungkin akan berpura-pura baik-baik saja di lain waktu agar tidak dikritik. Dalam hubungan yang sehat, penerimaan tanpa syarat jauh lebih berarti daripada nasihat yang memaksa seseorang untuk cepat pulih. Biarkan pasangan memproses perasaannya tanpa tekanan untuk membandingkan diri dengan orang lain.

4. Kamu tuh harus lebih kuat

ilustrasi pasangan sedang berkomunikasi (freepik.com/tirachardz)

Kalimat ini terdengar seperti motivasi, tetapi pada kondisi tertentu justru terasa seperti tuntutan. Saat seseorang sedang low energy, yang dibutuhkan bukan dorongan untuk menjadi lebih kuat, melainkan izin untuk merasa lemah. Tidak ada manusia yang selalu bisa tampil tegar setiap waktu. Mengatakan harus lebih kuat memberi kesan bahwa kelemahan adalah kesalahan, padahal itu adalah bagian alami dari kemanusiaan.

Ucapan seperti ini juga bisa memunculkan tekanan batin bagi pasangan yang sedang berjuang untuk bertahan. Mereka bisa merasa gagal karena tidak mampu memenuhi ekspektasi tersebut. Dalam situasi ini, empati jauh lebih efektif dibanding dorongan motivasi yang tidak sesuai konteks. Kadang, cukup dengan mendengarkan tanpa memberikan solusi, seseorang sudah merasa jauh lebih baik. Menunjukkan kasih sayang melalui kehadiran tenang bisa menjadi bentuk dukungan paling nyata.

5. Aku juga capek, tapi aku nggak ngeluh

ilustrasi pasangan sedang berkomunikasi (freepik.com/tirachardz)

Kalimat ini tampak sederhana, tetapi sebenarnya mengandung nada kompetitif dalam hal penderitaan. Saat pasangan sedang lelah, perbandingan semacam ini tidak akan membantu, justru memperburuk suasana. Setiap orang memiliki kapasitas berbeda dalam menanggung beban hidup. Dengan membandingkan, pasangan akan merasa tidak dimengerti dan dianggap lemah. Ini bisa menimbulkan jarak emosional dan membuatnya merasa sendirian dalam hubungan.

Selain itu, ucapan tersebut mengabaikan prinsip empati yang seharusnya menjadi dasar dalam hubungan. Empati berarti hadir untuk memahami, bukan menyaingi. Ketika seseorang sedang berada di titik rendah, mendengarkan tanpa mengalihkan fokus ke diri sendiri adalah bentuk cinta yang sederhana tapi mendalam. Membandingkan lelah hanya akan memperpanjang konflik batin, sementara penerimaan akan mempercepat pemulihan.

6. Kamu jangan terlalu mikir

ilustrasi pasangan sedang berkomunikasi (freepik.com/freepik)

Kalimat ini sering muncul dengan maksud menenangkan, tetapi bisa terasa menolak kenyataan batin pasangan. Saat seseorang sedang kelelahan secara emosional, pikiran mereka memang cenderung penuh dan sulit dikendalikan. Mengatakan agar tidak terlalu berpikir tidak akan membantu, karena justru membuat mereka merasa tidak mampu mengendalikan diri. Ucapan ini dapat memperburuk perasaan gagal dan memperkuat beban pikiran yang ada.

Sebaliknya, memberi ruang bagi pasangan untuk menyalurkan apa yang dirasakan bisa jauh lebih menenangkan. Mendengarkan tanpa interupsi, memberi pelukan, atau sekadar menemani dalam diam bisa menjadi cara yang lebih efektif untuk membantu mereka merasa aman. Seseorang tidak bisa berhenti berpikir hanya karena diminta, tetapi bisa merasa lebih ringan ketika tahu bahwa ada tempat aman untuk berbagi beban.

7. Kamu selalu kayak gini sih

ilustrasi pasangan sedang berkomunikasi (freepik.com/DC Studio)

Kalimat ini membawa kesan menyalahkan dan menggeneralisasi perilaku pasangan. Saat seseorang sedang low energy, ucapan ini dapat memperkuat rasa tidak berdaya dan menurunkan harga diri. Mengatakan selalu berarti menutup ruang perubahan dan membuat pasangan merasa bahwa semua usahanya tidak berarti. Ini bisa memunculkan rasa frustasi yang mendalam karena seolah tidak ada yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan.

Selain itu, kalimat seperti ini juga mengikis rasa aman dalam hubungan. Pasangan yang sering menerima generalisasi negatif akan cenderung menutup diri, takut terbuka, dan menghindari pembicaraan emosional. Padahal, komunikasi yang jujur adalah fondasi utama untuk hubungan yang sehat. Menghindari kalimat menyalahkan dan menggantinya dengan ungkapan empati akan jauh lebih menenangkan.

Ketika seseorang mampu hadir tanpa menghakimi, memberikan ruang tanpa paksaan, dan berbicara dengan kelembutan, maka hubungan itu akan semakin kuat menghadapi berbagai badai kehidupan. Dalam diam yang penuh kasih, sering kali cinta bekerja dengan cara paling tenang dan tulus.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team