Jakarta, IDN Times - Freddy Heineken pernah berkata, “Saya tidak menjual bir, saya menjual ‘gezelligheid’ atau ‘Good Times’, dan itulah yang menjadi DNA Heineken sampai sekarang. Menariknya, sebagai merek global, Heineken telah mengalami variasi pengucapan dan ejaan di berbagai belahan dunia yang dipengaruhi oleh struktur bahasa vokal, aksen, dan faktor budaya.
Misalnya, di negara-negara berbahasa Inggris, Heineken umumnya dilafalkan sebagai "hi-nuh-ken" atau "hi-nay-ken". Namun, di beberapa negara yang tidak berbahasa Inggris, pengucapannya mungkin berbeda karena perbedaan aksen dan fonetik, seperti yang mereka dengar, menghasilkan variasi seperti "Heineken" atau "Heiniken”, “Einekènne” (Perancis), “Hajniken” (Slovenia), “Aineken” (Italia), atau “Jeineken” (Meksiko).
Namun layaknya semboyan bangsa Indonesia, yakni Bhineka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu, penyebutan nama dari Heineken gak memengaruhi kenikmatan saat kamu meminumnya. Bahkan, Heineken mengadopsi secara lokal perbedaan tersebut sebagai bagian dari identitas merek untuk merangkul orang-orang dan preferensi serta pengalaman mereka yang beragam.
Salah satu langkah uniknya yang merujuk pada bagaimana Heineken 150 tahun menjadi perayaan di seluruh dunia, Heineken di Indonesia menghadirkan “Destination Good Times”. Hal ini diusung demi menggambarkan merek kami dinikmati dari berbagai negara dengan cara yang menyenangkan.