Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi first date (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi first date (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Mitos: pria baik itu terlalu amanPria baik sering dianggap “kurang greget” karena tidak penuh drama. Rasa aman bukan tanda kurang rasa, hubungan bisa bertumbuh dari rasa aman.

  • Fakta: membosankan dan menenangkan itu berbedaMembosankan membuat waktu terasa lambat. Menenangkan membuat waktu terasa ringan. Pria baik cenderung menenangkan, bukan mematikan rasa.

  • Mitos: pria baik tidak romantisRomantis tidak selalu lantang. Perhatian kecil dan konsistensi sering lebih bermakna. Pria baik punya dunia sendiri, tidak selalu pendiam.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Istilah “pria baik” sering terdengar seperti pujian, tapi entah kenapa juga sering terasa seperti stigma. Banyak yang menganggap pria baik identik dengan membosankan, datar, dan kurang memberi kejutan. Seolah-olah kebaikan tidak punya tempat di dunia yang suka kejutan.

Padahal, label itu sering lahir dari salah paham. Kebaikan disamakan dengan pasif, tenang dianggap tidak menarik, dan konsisten dicap monoton. Di sinilah mitos mulai menutupi kenyataan.

1. Mitos: pria baik itu terlalu aman

ilustrasi pasangan di street food (pexels.com/RDNE Stock project)

Pria baik sering dianggap “kurang greget” karena tidak penuh drama. Hubungan dengannya terasa stabil, minim konflik, dan cenderung tenang. Bagi sebagian orang, ini dianggap hambar.

Faktanya, rasa aman bukan tanda kurang rasa. Justru dari rasa aman, hubungan bisa bertumbuh. Tenang bukan berarti membosankan, sering kali itu hanya tidak melelahkan.

2. Fakta: membosankan dan menenangkan itu berbeda

ilustrasi pasangan di museum (pexels.com/Shvets Anna)

Membosankan membuat waktu terasa lambat. Menenangkan membuat waktu terasa ringan. Banyak orang keliru membedakan keduanya.

Pria baik cenderung menenangkan, bukan mematikan rasa. Hubungan terasa ringan tanpa drama yang menguras emosi. Ini bukan kekosongan, tapi kedamaian.

3. Mitos: pria baik tidak romantis

ilustrasi first date (pexels.com/Jep Gambardella)

Karena tidak penuh basa-basi manis, pria baik sering dianggap kurang romantis. Ia jarang mengumbar kata cinta atau kejutan besar. Gesturnya sederhana.

Namun, romantis tidak selalu lantang. Perhatian kecil dan konsistensi sering lebih bermakna. Ia mungkin tidak puitis, tapi hadir saat dibutuhkan.

4. Fakta: pria baik punya dunia sendiri

ilustrasi pria naik tangga (pexels.com/eclipse_images)

Pria baik tidak selalu pendiam. Ia hanya selektif dalam berbagi. Ketika nyaman, sisi humor dan keunikannya muncul.

Ia punya ketertarikan, mimpi, dan cerita. Tidak flamboyan bukan berarti tidak berwarna. Kadang, butuh waktu untuk mengenal kedalaman seseorang.

5. Mitos: pria baik itu “pilihan terakhir”

ilustrasi pria berjalan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ada anggapan pria baik dipilih karena gagal dengan tipe yang “menantang”. Seolah ia adalah pelabuhan setelah kapal karam. Ini membuat nilainya terasa turun. Padahal, memilih pria baik bisa jadi keputusan paling dewasa. Bukan karena kalah, tapi karena sadar. Bukan kompromi, tapi kesadaran. Pria baik tidak selalu ngebosenin. Yang sering berubah adalah sudut pandangnya. Kebaikan jarang heboh, tapi selalu terasa.

Jika kamu mencari hubungan yang tenang dan tulus, jangan remehkan pria baik. Bisa jadi bukan dia yang membosankan, tapi kita yang belum terbiasa dengan damai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team