Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi jaga jarak pandang dengan hp (pexels.com/andrea)
ilustrasi jaga jarak pandang dengan hp (pexels.com/andrea)

Intinya sih...

  • Nunggu nama muncul di layar: harapan kecil yang gak pernah padam. Buat sebagian pria, notifikasi dari orang tertentu rasanya seperti cahaya kecil yang bisa nge-refresh mood seharian.

  • Refleks buka HP: kadang jari lebih jujur dari mulut. Perilaku ini bukan kurang kerjaan—ini refleks dari hati yang sebenarnya nggak setenang kelihatannya.

  • Scroll ulang aplikasi sama saja: nyari alasan buat ngerasa diperhatiin. Karena buat mereka, membuka aplikasi bukan sekadar ngecek update, tapi nyari tanda kecil kalau mereka masih diingat, walau cuma lewat satu pesan sederhana.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada kebiasaan kecil yang sering dianggap sepele, tapi sebenarnya punya cerita panjang: ngecek notifikasi padahal nggak ada apa-apa. Buat banyak pria, ini bukan sekadar gerakan refleks, tapi tanda rindu yang nggak pernah disampaikan dengan kata-kata. Kadang mereka sendiri bingung kenapa layar kosong bisa bikin hati terasa penuh.

Mulut mungkin menolak ngaku, tapi perilaku kecil ini sudah cukup menjelaskan. Ada seseorang yang ditunggu, ada nama yang diharap muncul, dan ada perasaan yang kayaknya lebih nyaman disimpan daripada dibahas.

1. Nunggu nama muncul di layar: harapan kecil yang gak pernah padam

ilustrasi pria main hp (pexels.com/Mikhail Nilov)

Buat sebagian pria, notifikasi dari orang tertentu rasanya seperti cahaya kecil yang bisa nge-refresh mood seharian. Bukan chat panjang atau pesan manis—kadang cukup satu sapaan buat bikin hati jadi lebih tenang dari sebelumnya.

Mereka mungkin terlihat biasa aja, seperti nggak nunggu siapa-siapa. Tapi di balik cuek itu, ada harapan yang nggak pernah benar-benar padam. Harapan kalau suatu saat, entah kapan, layar itu bakal menampilkan nama yang sama-sama mereka pikirkan.

2. Refleks buka HP: kadang jari lebih jujur dari mulut

ilustrasi case hp hitam polos (pexels.com/Callum Hilton)

Kadang jari lebih cepat bergerak daripada logika. Baru dikunci dua menit, dibuka lagi. Sudah dicek berkali-kali, tetap aja dibuka ulang seolah di detik berikutnya bakal ada keajaiban. Perilaku ini bukan kurang kerjaan—ini refleks dari hati yang sebenarnya nggak setenang kelihatannya.

Mereka mungkin gengsi memulai duluan atau ngomong terang-terangan, tapi jari yang bolak-balik buka layar itu menunjukkan hal lain. Kalau hati bisa discreenshot, mungkin notif itu sudah muncul ribuan kali.

3. Scroll ulang aplikasi sama saja: nyari alasan buat ngerasa diperhatiin

ilustrasi scroll media sosial (pexels.com/cottonbro)

Scroll Instagram, cek WhatsApp, buka TikTok. Semua aplikasi diperlakukan kayak pintu yang mungkin aja tiba-tiba diketok dari dalam. Padahal niatnya cuma satu: berharap ada sesuatu, atau seseorang, yang ngehubungi.

Walaupun hasilnya selalu sama, tetap dilakukan berulang-ulang. Karena buat mereka, membuka aplikasi bukan sekadar ngecek update, tapi nyari tanda kecil kalau mereka masih diingat, walau cuma lewat satu pesan sederhana.

4. Notifikasi kosong: tapi isi kepalanya selalu ramai sama satu nama

ilustrasi seseorang duduk di depan ponsel (pexels.com/cottonbro studio)

Layar mungkin sepi, tapi pikiran mereka jarang sunyi. Ada satu nama yang muncul berkali-kali tanpa perlu dipanggil, mengisi ruang kosong yang nggak bisa ditempati aplikasi atau pesan lainnya.

Justru pada saat layar paling hening, perasaan itu paling ribut. Mereka tahu nggak ada notifikasi masuk, tapi tetap mengharapkan ada sesuatu yang berubah. Dan kadang, itu sudah cukup buat bikin hati sedikit sesak.

5. Diam-diam kangen: tapi gengsi bilang duluan

ilustrasi main hp (pexels.com/cottonbro studio)

Pada akhirnya, semua ini cuma cara halus buat bilang kalau mereka kangen. Tapi karena gengsi kadang lebih tebal daripada skin case HP, jadinya mereka cuma menunggu, tanpa benar-benar bergerak.

Mereka berharap kamu yang mulai duluan, karena kalau harus mengakui perasaannya, rasanya terlalu telanjang. Jadi yang terjadi adalah: mereka menunggu, kamu diam, dan notifikasi tetap kosong. Tapi rindunya? Tetap jalan terus.

Kebiasaan ngecek notifikasi ini mungkin kelihatan sepele, tapi sebenarnya menyimpan banyak hal yang nggak pernah diucapkan. Ada rasa rindu yang berjalan sendiri tanpa perlu dikendalikan, dan ada harapan kecil yang selalu muncul setiap kali layar menyala. Seolah-olah satu pesan bisa jadi jawaban dari semua gelisah yang ngumpet di balik sikap santai.

Akhirnya, bukan notifikasinya yang penting, tapi siapa yang diharapkan muncul. Dan, selama nama itu masih ada di kepala, kebiasaan refleks ini akan terus terjadi. Karena bagi sebagian pria, menunggu dalam diam kadang terasa lebih aman daripada mengaku kalau hatinya sudah lama menaruh harap.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team