Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Serge Lutens merilis koleksi baru dari Collection Noire, Le Perce-Vent dan membuka pop-up store di Grand Indonesia Skybridge
Serge Lutens merilis koleksi baru dari Collection Noire, Le Perce-Vent dan membuka pop-up store di Grand Indonesia Skybridge. 12 November 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Intinya sih...

  • Le Perce-Vent merupakan harapan di tengah badai

    • Parfum ini mencerminkan keberanian menghadapi badai kehidupan

  • Aroma musk, white amber, dan clary sage menawarkan ketenangan dan harapan

  • Antara bayangan dan cahaya

    • Serge Lutens menciptakan parfum dengan estetika yang tenang namun kuat

  • Desain botolnya memantulkan dialog antara kesederhanaan dan kemewahan

  • Pop-up yang mengundang keheningan

    • Ruang pop-up store menjadi tempat kontemplasi dan refleksi diri

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Di jantung kota Jakarta, di antara riuh langkah dan kilau cahaya Grand Indonesia Skybridge lantai satu, hadir sehelai aroma yang seolah menembus ruang dan waktu. Serge Lutens, nama yang identik dengan seni, filosofi, dan keheningan mewah, membuka pop-up store eksklusif mulai 12-16 November 2025 yang tak sekadar menjual parfum, melainkan menghadirkan pengalaman olfaktori yang mendalam, nyaris spiritual.

Dalam ruang putih yang minim ornamen, bayangan dan cahaya berpadu seolah menari di atas botol kaca hitam legendarisnya. Di sinilah, Serge Lutens memperkenalkan kreasi terbarunya dari Collection Noire, Le Perce-Vent, sebuah parfum yang tak hanya diciptakan untuk dikenakan, tetapi untuk dirasakan seperti sebuah pelarian dari badai dunia menuju pusat ketenangan diri.

1. Le Perce-Vent merupakan harapan di tengah badai

Serge Lutens merilis koleksi baru dari Collection Noire, Le Perce-Vent dan membuka pop-up store di Grand Indonesia Skybridge. 12 November 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Nama Le Perce-Vent berarti the wind breaker atau penembus angin. Di balik maknanya, tersimpan filosofi tentang keberanian menghadapi badai, baik yang datang dari langit maupun dari dalam diri.

“Ini bukan tentang badai di luar sana. Ini tentang badai kehidupan, tantangan ekonomi, perang, kekacauan, tapi di dalamnya selalu ada cahaya, jejak harapan,” ujar Morin, Training Manager Serge Lutens, saat sesi media preview, Rabu (12/11/2025).

Dibangun dari nuansa musk, white amber, dan clary sage, aroma ini memeluk lembut, menenangkan, dan menyembuhkan. Seperti mata badai yang tenang di tengah pusaran angin, Le Perce-Vent menawarkan momen keheningan di antara hiruk-pikuk dunia. Di Collection Noire, ini adalah satu-satunya parfum berbasis musk dan mungkin yang paling manusiawi dengan rasa lembut, rapuh, namun penuh kekuatan tersembunyi.

2. Antara bayangan dan cahaya

Serge Lutens merilis koleksi baru dari Collection Noire, Le Perce-Vent dan membuka pop-up store di Grand Indonesia Skybridge. 12 November 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Serge Lutens dikenal dengan estetika yang tak pernah berteriak. Dari masa ketika ia menjadi Artistic Director di Dior dan Shiseido, hingga saat mendirikan merek sendiri pada tahun 2000, ia selalu bermain dengan paradoks antara kesederhanaan Jepang dan kemewahan Prancis. Filosofi itu terlihat jelas dalam desain botolnya yang ramping dan tegas, seolah memantulkan dialog antara shadow and light, dua elemen yang selalu hadir dalam karyanya.

“Serge Lutens adalah pria yang luar biasa. Dia bekerja dalam harmoni antara disiplin dan puisi, antara keheningan dan badai,” kata Morin dengan nada kagum.

Tak berlebihan jika Le Perce-Vent disebut sebagai cerminan jiwanya sendiri. Diam, namun mengguncang. Sebuah parfum yang bukan sekadar aksesori, melainkan pernyataan eksistensial tentang bagaimana manusia bisa menemukan keseimbangan di tengah kekacauan.

3. Pop-up yang mengundang keheningan

Serge Lutens merilis koleksi baru dari Collection Noire, Le Perce-Vent dan membuka pop-up store di Grand Indonesia Skybridge. 12 November 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Pop-up store Serge Lutens di Grand Indonesia Skybridge tak hanya menjadi tempat peluncuran, tetapi juga ruang kontemplasi. Setiap pengunjung yang melangkah masuk seakan dibawa ke dimensi berbeda. Ruang di mana aroma, cahaya, dan refleksi diri saling bersinggungan.

“Kami ingin menciptakan tempat di mana parfum tidak dijual, tetapi diceritakan,” ungkap perwakilan tim Serge Lutens Indonesia.

Peluncuran eksklusif Le Perce-Vent ini menjadi momen langka bagi pencinta parfum dan seni. Tak hanya karena rancangannya yang unik, tetapi juga karena makna yang terkandung di balik setiap tetesnya, yakni keheningan yang menyembuhkan, harapan yang tak padam. Seperti badai yang tak lagi menakutkan ketika kita telah menemukan pusat ketenangan di dalamnya.

Di dunia yang terus berputar cepat, Serge Lutens Le Perce-Vent hadir sebagai pengingat bahwa keindahan tak selalu harus riuh. Ada kekuatan dalam keheningan, ada harapan dalam setiap embusan angin yang lembut. Di Grand Indonesia, aroma ini bukan sekadar parfum, ia adalah manifesto kecil tentang kemanusiaan bahwa dalam badai kehidupan, masih ada ruang bagi cahaya, bagi ketenangan, bagi diri yang kembali murni.

Editorial Team