Muhammad Abdul Rohman, narasumber program “101 Climate Change Actions”. (Tangkapan Layar instagram.com/idntimes)
Hoki Smart Lamp itu awalnya terdiri dari lima anggota. Berawal dari sebuah program kreativitas mahasiswa vokasi pada 2020 lalu, yang mana kami mendapat pendanaan usaha senilai Rp34 juta, yang kami kembangkan sebagai modal usaha untuk lampu hias berbasis Internet of Things dari bahan bambu yang terukir dengan motif khas kearifan lokal asli Banyuwangi.
Sedangkan untuk panel surya sendiri, berawal dari program kreativitas mahasiswa yang didanai pada 2021. Kami dibimbing Bapak Alfin, selaku dosen pembimbing, yang kemudian beliau menyarankan kami untuk membuat Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Berawal dari latar belakang buah naga itu sendiri. Buah naga itu kan memakai listrik konvensional dari PLN. Untuk mempercepat proses fotosintesis buah naga itu menggunakan sinar lampu, supaya perkembangan buahnya lebih cepat.
Listrik konvensional itu kan menambah biaya operasional para petani ya, dengan adanya listrik tenaga surya itu, membantu para petani mengurangi biaya operasional tersebut. Selain menggunakan PLTS tadi, kita juga dilengkapi dengan bisa dikontrol melalui Internet of Things seperti smart farming yang bisa di-on dan off kan lampunya melalui aplikasi.