Langkah mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR diambil untuk mendesak DPR agar memanggil MPR menggelar Sidang Istimewa, dengan agenda utama meminta
pertanggungjawaban Presiden Soeharto sebagai mandataris MPR.
Siang harinya, Ketua DPR/MPR Harmoko didampingi wakil-wakilnya menggelar jumpa pers. Isinya, mencermati situasi terkini dan menyarankan Presiden Soeharto mengundurkan diri.
Berikut pernyataan Harmoko sebagaimana dimuat di Majalah Panji Masyarakat saat itu. Penulis hadir dalam jumpa pers tersebut.
Pimpinan Dewan dalam rapat pimpinan telah mempelajari dengan cermat dan sungguh-sungguh perkembangan dan situasi nasional yang sangat cepat, menyangkut aspirasi masyarakat tentang reformasi, termasuk Sidang Umum MPR dan pengunduran diri Presiden.
Untuk membahas masalah tersebut, besok pada 19 Mei 1998 pimpinan Dewan akan
melaksanakan pertemuan dengan pimpinan fraksi-fraksi, hasilnya akan disampaikan kepada Presiden Soeharto. Mekanisme tersebut ditempuh sesuai peraturan tata-tertib Dewan karena dalam pengambilan keputusan pimpinan Dewan harus bersama-sama pimpinan fraksi-fraksi.
Dalam menanggapi situasi tersebut di atas, pimpinan Dewan baik ketua maupun wakil ketua, mengharapkan demi persatuan dan kesatuan bangsa agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri. Pimpinan Dewan menyerukan kepada seluruh masyarakat agar tetap tenang, menahan diri, menjaga persatuan dan kesatuan serta mewujudkan keamanan dan ketertiban supaya segala sesuatunya dapat berjalan secara konstitusional.
Sikap Harmoko ini berbeda jauh dengan puja-puji yang dia sampaikan saat Sidang Umum MPR Maret 1998, ketika dia mengatakan mayoritas rakyat masih menghendaki Soeharto melanjutkan jadi presiden.
Malam itu, mahasiswa mulai menginap dan ribuan delegasi, termasuk tokoh masyarakat tak putus mengalir ke DPR/MPR menyampaikan aspirasi agar Soeharto lengser keprabon. Mundur.