Buku Politik Huru Hara Mei 1998
Pada 19 Mei, 21 tahun lalu, situasi Jakarta belum aman. Pidato Presiden Soeharto meredakan situasi, tapi belum memuaskan kehendak mahasiswa yang kini didukung para petinggi di kampus, serta sejumlah tokoh, bahwa Soeharto harus turun sesegera mungkin.
Amien Rais, tokoh Muhamadiyah yang sejak awal vokal menyerukan pergantian kepemimpinan, merencanakan “demo” besar, dikemas dengan doa sejuta umat di Monumen Nasional (Monas). Lokasinya persis di depan Istana Presiden.
Rencana Amien Rais ini memanfaatkan momen peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei. Itu adalah hari kelahiran Budi Oetomo, organisasi pertama yang nonsektarian, nonetnis. Kongres pertama mereka dilakukan di Gedung Stovia, pada 20 Mei 1908, dan menjadi cikal bakal lahirnya gerakan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Rencana demo sejuta umat mendapat tanggapan berbagai organisasi. Mahasiswa pun mengalir menuju Monas. Sebagian mengarah ke kawasan Menteng, ke kediaman pribadi Soeharto yang dijaga ketat dengan pasukan dan kawat berduri.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)Ginandjar Kartasamita
mengamati pergerakan mahasiswa itu dari kantornya, di Gedung Bappenas, di seberang Taman Suropati, Menteng.
“Saya bisa melihat mereka (mahasiswa) dari jendela kantor saya. Mahasiswa berusaha mendekati rumah Soeharto di Jalan Cendana. Namun penjagaan ketat membuat mereka bertahan di Taman Suropati. Mereka nampak semangat, namun berupaya melakukannya dengan damai,” kata Ginandjar dalam buku Managing Indonesia’s Transformation, An Oral History.
Ketakutan akan kerusuhan lanjutan membuat warga Tionghoa memilih meninggalkan Indonesia. Begitu juga orang asing yang tak yakin akan keamanan di Indonesia dalam hari-hari menegangkan itu, memilih untuk terbang meninggalkan Indonesia. Kebanyakan ke Singapura dan Australia. Ribuan yang pergi.
Penduduk Jakarta, terutama di sejumlah komplek perumahan, memilih untuk berjaga bersama, bahkan memasang barikade untuk memastikan tidak ada orang tidak dikenal, apalagi penjarah, masuk ke kawasan mereka. Banyak kantor tutup, apalagi toko-toko.
Ibu kota mencekam.