Untuk koordinasi internal, kata Erick, perlu sinergi antar-departemen dan juga dengan pengurus cabang olahraga terkait operasional pertandingan berjalan jauh lebih lancar.
Sementara, untuk koordinasi eksternal harus lebih diintensifkan pertemuan dengan kementerian dan lembaga pemerintah terkait, sehingga bisa menghasilkan keputusan yang langsung diterapkan.
"Ambil contoh, dengan Kemenpupera perlu pembenahan di beberapa competition venue di kawasan Gelora Bung Karno. Lalu, dengan Bea dan Cukai serta kepolisian terkait kelancaran masuknya peralatan pertandingan, dan kementerian lain seperti Kesehatan, Komunikasi dan Informasi, Pariwisata, dan Pertanian. Terutama terkait sertitikasi bebas penyakit bagi hewan, terutama kuda," papar Erick.
Meski demikian, pencapaian berhasil dilakukan lnasgoc melalui turnamen invitasi ini. Bekerjanya sistem operasional di Athletes Village yang menggunakan dua tower 10 tower yang tersedia.
Ketersediaan aneka moda transportasi untuk memobilisasi atlet, official, wasit, juri dan media ke lokasi pertandingan. Hingga partisipasi aktif para volunteer yang terlibat di 20 departemen yang beroperasi selama 2018 Asian Games invitation Tournament itu.
"Kami belajar banyak dari turnamen invitasi ini. Tercatat hanya 9 persen pemberitaan negatif tentang turnamen ini, dan itu menandakan kita semua ingin agar Indonesia menjadi tuan rumah yang sukses," kata Erick Tohir.