5 Kenangaan Manis Bersama 'Bapak Pluralisme' Ini Buat Yenny Wahid Selalu Baper

Jakarta, IDN Times - Jumat (22/12) malam, Keluarga besar almarhum Abdurrahman Wahid mengelar Haul Sewindu Gus Dur di kediamannya di Ciganjur, Jakarta Selatan.
Belasan ribu orang terpantau hadir dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Termasuk sejumlah tokoh nasional, tokoh agama hingga masyarakat dari berbagai lapisan.
Pada momen tersebut, Yenny Wahid, putri Gus Dur mengungkapkan sejumlah kenangan yang tak bisa dilupakannya dari sosok Ayahandanya tersebut.
Yenny yang malam itu tampak menggunakan busana muslim dan kerudung putih saat ditemui IDN Times menuturkan kenangan manisnya bersama 'Bapak Pluralisme' ini .
1. Naik becak
Salah satu kenangan yang sulit dilupakannya, ketika mereka sekeluarga mudik ke kampung halaman di Jombang. Di sana, Gus Dur selalu mengajak anak-anaknya untuk naik becak.
“Diajak naik becak keliling setiap pulang kampung,” kata Yenny sambil tersenyum.
Baginya, ajak tersebut bukan hanya untuk hiburan semata. Akan tetapi sebuah wujud pembelajaran untuk lebih memahami kehidupan merakyat.
“Kita diajarakan dan dikenalkan betul akan kehidupan yang membumi dan merakyat,” kata Yenny.
2. Silaturahmi dengan para sesepuh
Selain itu, momen yang sangat dikenangnya ketika diajak bersilahturahmi ke para sesepuh. “Setelah naik becak, kami selalu diajak bersilahturahmi ke tempat mbah (para sesepuh),” kata Yenny.
Bukan hanya mendatangi satu hingga dua rumah, nyatanya Gus Dur memilih untuk mendatangi banyak para sesepuh yang ia kenal. “Semuanya didatangi satu-satu untuk menghormati beliau,”tambahnya.
Selain untuk menjaga tali persaudaraan, jelasnya lagi, Gus Dur juga mengajarkan anak-anaknya untuk selalu menghormati yang lebih tua. “Silaturahmi itu sangat penting untuk Gus Dur,” jelasnya.
3. Kesabaran mengahadapi takdir
Gus Dur dan kesederhanaan, tampaknya menjadi dua hal yang melekat di diri Yenny. Gus Dur selalu mengajarkan kepada anak-anaknya, kesederhanaan sikap dan menitipkan pesan untuk menjadi pribadi yang sabar. Yakni sabar untuk menghadapi takdir yang telah 'digarisi'.
“Apapun takdirnya, ya dihadapi saja dengan optimis dan penuh semangat,” kata Yenny.
4. Selalu membelikan Audio Book
Yenny menceritakan, salah satu kesukaan Gus Dur adalah membaca. Namun keterbatasan fisik yang dimilikinya, membuat Gus Dur membutuhkan media audio book sebagai pengganti bacaan pada umumnya.
Namun, saat itu belum ada download dan internet, audio book hanya bisa dinikmati dengan buku dan kaset. Untuk itu, ia tidak pernah lupa untuk membelikan audio book untuk sang ayah saat dirinya tengah berada di luar negeri.
Audio book inilah yang menjadi salah satu item wajib, yang harus turut serta dibawa pulang ke tanah air.
“Setiap ke luar negeri, koper saya setengahnya pasti kosong. Karena saya akan memborong buku dan kaset untuk bapak,” sambungnya diiringi senyum.
“Saya pulang, Bapak sudah langsung semangat banget. Seperti anak kecil yang menunggu oleh-oleh gitu loh,” tambahnya diiringi sedikit tawa.
“Mana? Mana audio booknya?” kata Yenny berusaha menirukan ucapan Gus Dur setiap ia pulang ke rumah dari luar negeri.
“Itu kebahagiaan betul buat saya, bisa menghadirkan secercah kecerian buat ayah,” Kata Yenny.
5. Mencukur jambang Gus Dur
Memory lain yang masih membekas bagi Yenny adalah, saat membantu almarhumah Gus Dur mencukur jambang.
“Saya suka mencukur jambangnya bapak. Bapak suka bilang ‘tolong dong potongin’ gitu,” kata Yenny menirukan permintaan tolong kepadanya.