Adam Malik yang ditetapkan sebagai seorang Pahlawan Nasional Indonesia pada 6 November 1998 ini, sebelum menjadi Wakil Presiden ke-3 dan Menteri Luar Negeri, adalah seorang wartawan.
Selain wartawan, ia juga tokoh pergerakan kebangsaan. Sejak muda, ia sudah aktif di pergerakan nasional memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, antara lain melalui pendirian Kantor Berita Antara.
Mr Soemanang diangkat sebagai direktur, sedangkan Adam Malik menjabat redaktur merangkap wakil direktur. Dengan modal satu meja tulis tua, satu mesin tulis tua, dan satu mesin roneo tua, mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional.
Namun, sebelum itu, Adam Malik sudah sering menulis antara lain di koran Pelita Andalas dan Majalah Partindo. Tahun 1941 sebagai utusan Mr Soemanang bersama Djohan Sjahroezah datang ke rumah Sugondo Djojopuspito, meminta agar Soegondo bersedia menjadi direktur Antara, dan Adam Malik tetap sebagai redaktur merangkap wakil Direktur.
Adam Malik juga aktif di dunia politik, di antaranya dengan memimpin Partai Indonesia (Partindo), Partai Rakyat dan Murba. Hingga pada 1956, ia berhasil memangku jabatan sebagai anggota DPR RI yang lahir dari hasil pemilihan umum.
Karier Adam Malik di dunia internasional juga cemerlang, diawali saat dia diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh untuk negara Uni Soviet dan Polandia. Lalu, pada 1962 ia ditunjuk menjadi Ketua Delegasi Republik Indonesia untuk perundingan antara Indonesia dengan Belanda mengenai wilayah Irian Barat di Washington D.C, Amerika Serikat.
Adam Malik juga pernah menjadi Menteri Luar Negeri pada pemerintahan Orde Baru, yang berperanan penting dalam berbagai perundingan dengan negara-negara lain, termasuk penjadwalan ulang utang Indonesia peninggalan Orde Lama. Bersama para Menteri Luar Negeri negara-negara Asia Tenggara, dia membidani lahirnya organisasi kerjasama regional ASEAN pada 1967.
Karier tertingginya dicapai ketika Adam Malik berhasil memangku jabatan sebagai Wakil Presiden RI, yang diangkat Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 1978.
Ada satu pernyataan Adam Malik yang cukup dikenal sebagai seorang diplomat, wartawan hingga birokrat: “Semua bisa diatur”. Selama menjadi seorang diplomat, ia memang dikenal mempunyai 1001 jawaban atas segala macam pertanyaan dan permasalahan yang dihadapkan kepadanya.