Seminar Delapan Dekade Demokrasi dan Proyeksi Indonesia 2045 dari Lab45 (IDN Times/Ilman Nafi'an)
Indonesia tidak luput dari tren global tersebut. Indeks demokrasi Indonesia bergerak fluktuatif sepanjang delapan dekade:
- Awal kemerdekaan: indeks tata kelola rendah (-1,98), pemerintahan belum optimal.
- Demokrasi parlementer: perbaikan indeks (-1,85) dengan kebebasan berpendapat lebih baik, meski stabilitas terganggu oleh seringnya pergantian kabinet.
- Demokrasi terpimpin: penurunan drastis (-2,09) akibat kebijakan represif yang membatasi kebebasan berpendapat dan supremasi hukum.
- Demokrasi Pancasila: perbaikan (-1,64) melalui regulasi dan pemerintahan efektif, tetapi kebebasan tetap dibungkam.
- Pascareformasi: indeks membaik (-0,47) di hampir semua aspek, meski masih terkendala oleh korupsi, kerentanan politik, dan independensi peradilan yang rapuh.
Data indeks lima pilar demokrasi menunjukkan pola penting:
- Legislatif: menguat pada masa parlementer (0,46), jatuh ke titik terendah pada masa terpimpin dan Pancasila (0,07), lalu bangkit pascareformasi.
- Yudikatif: lemah pada era terpimpin dan Pancasila (0,2), tetapi menguat pascareformasi dengan lahirnya Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial (KY).
- Pers: sempat anjlok pada Orde Lama dan Orde Baru (nilai 15), lalu melonjak pascareformasi (nilai 41) dengan lahirnya UU Pers 1999.
- Masyarakat sipil: kuat pascakemerdekaan (rerata 0,57), tertekan pada era terpimpin dan Pancasila (0,28), lalu kembali tumbuh pascareformasi.
- Partai politik: cenderung stagnan dan menjadi pilar paling lemah, dengan nilai signifikansi rendah (0,1259) dibanding pilar lain.