Jakarta, IDN Times - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad membantah keras ada paham radikalisme di institusi yang ia pimpin. Baginya, isu radikalisme lalu pembagian adanya penyidik Taliban dan India adalah rumor yang sengaja dihembuskan oleh orang-orang yang takut terhadap agenda pemberantasan korupsi.
"Bohong semua itu (di KPK ada paham radikal). Rumor itu sengaja disebar tujuannya, agar masyarakat nantinya menjauhi KPK," kata Samad ketika menjawab pertanyaan IDN Times di sebuah kafe di Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Penyidik Taliban merujuk ke sosok individu seperti Novel Baswedan yang mengenakan celana cingkrang, berjenggot dan mengenakan peci. Sedangkan penyidik India merujuk ke individu penyidik yang bertugas dari kepolisian.
Menurut Samad, isu radikalisme merupakan rumor yang mudah dipercayai oleh publik. Harapannya, publik tak lagi memberikan dukungan bagi institusi antirasuah itu.
Lalu, apa bukti KPK pro terhadap toleransi dan keberagaman?