Ada 3 Tantangan Bonus Demografi, Pendidikan Vokasi Jurus Menghadapinya

Bogor, IDN Times - Indonesia diproyeksikan mendapatkan bonus demografi pada 2030 mendatang. Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek) pun menyebutkan ada tiga tantangan terkait bonus demografi tersebut.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Kiki Yuliati mengatakan, pendidikan vokasi jadi solusi untuk mengatasi tiga tantangan bonus demografi yang bakal dihadapi RI pada 2030.
"Pendidikan vokasi sebagai solusi konkret karena pemerintah melalui pendidikan vokasi diproyeksikan dapat mengakselerasi kebutuhan, baik SDM tenaga kerja maupun SDM wirausaha," kata Kiki saat menghadiri Unite For Education (UFE) Sustainability Forum ke-12 yang diselenggarakan oleh PermataBank, Rabu (25/1/2023).
1. Pemerintah berkomitmen terhadap pendidikan vokasi
Komitmen akan kemajuan vokasi sudah sejak 2016 disuarakan oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo, diikuti dengan keluarnya INPRES tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), serta Peraturan Presiden (PERPRES) perihal Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi pada tahun 2022.
Ciri khas pendidikan vokasi yang paling menonjol adalah proses pembelajaran yang kental dengan budaya industri. Meningkatnya kualitas dari pendidikan vokasi melalui keselarasan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) diharapkan mampu mendongkrak daya saing industri sehingga berimplikasi pada penguatan ekonomi nasional.
"Karena vokasi diminta sebagai pemasok SDM. Kemudian vokasi sebagai fasilitator riset kolaborasi. Kami juga ingin vokasi jadi akselerator bisnis pemula atau startup," ujar Kiki.
2. Produktivitas SDM jadi tantangan pertama bonus demografi
Adapun yang menjadi tantangan pertama dari bonus demografi 2023 mendatang adalah produktivitas SDM. Kiki mengatakan bahwa saat ini, SDM Indonesia belum bisa cukup bersaing dengan SDM dari negara-negara lain.
"Dari 72,72 persen penduduk usia produktif, hanya 23 persen dari perguruna tinggi kita yang bisa masuk ke pasar kerja. Sementara sisanya pendidikan menengah ke bawah jadi secara nasional produktivitas kita memang masih belum bisa bersaing dengan negara lain," tutur dia.
3. Tantangan ketersediaan lapangan kerja
Ketersediaan lapangan kerja juga menjadi tantangan dari bonus demografi yang dihadapi RI delapan tahun lagi. Kiki menjelaskan, tiap tahunnya ada 1,65 juta lulusan perguruan tinggi dan 1,8 juta lulusan tingkat SMA/SMK/MA yang tidak melanjutkan studi.
"Artinya ada 3,45 juta pencari kerja baru tiap tahun," ujar dia.
4. Tingkat pengangguran
Tantangan ketiga dari bonus demografi adalah tingkat pengangguran. Data menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia saat ini masih cukup tinggi.
Hal itu tentunya menjadi pekerjaan rumah (PR) buat pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan agar tingkat pengangguran tidak semakin tinggi.
"Data Sakernas Agustus 2022 menunjukkan ada 8,42 juta pengangguran dengan Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 5,86 persen, menurun 0,63 poin dibandingkan Agustus 2021 (6,49 persen)," ucap Kiki.